Friday, May 02, 2008

Jum'at 2 Mei 2008

Kalila Alisha Jati

Jum'at, 25 April 2008
Waktu menunjukkan pk 8 malam saat pulang dari kontrol rutin kandungan di RS Bunda. Berat bayi 3.5kg dan kondisi bagus sehingga sangat memungkinkan untuk melahirkan normal. Sebelumnya, pada jam 4 dan 7 sore, sambil menunggu dokter, terjadi kontraksi. Berhubung due masih lama, yakni 30 April, maka saya pikir ini hanya Braxton Hicks. Meski begitu, sakitnya sangat menggigit sehingga saat konsul saya minta dilakukan CTG dan dokter menyetujui. CTG dilakukan 2x, dikarenakan baby terlalu aktif. hasil CTG menunjukkan adanya kontraksi berskala kecil.

Kontraksi yang kuat membuat saya menghubungi suami dan minta dijemput saat itu juga. Pulangnya kami mampir sebentar di cafe untuk makan malam.


Tiba dirumah pukul 10 malam. Jam 11, ketika sedang dibantu suami hendak berbaring untuk tidur, terasa ada sesuatu yang hangat mengalir. Setelah dicek, ternyata pendarahan. Suami masih terlihat santai dan mengajak untuk tidur. Sayapun setuju namun kami sepakat berganti baju jika harus berangkat tiba2. Ternyata pendarahan tak berhenti dan segera saya hubungi RS Bunda. Karena oleh suster saya diminta untuk segera datang, maka kamipun berangkat menuju RS Bunda pukul 1 dinihari.

Sampai RS, langsung masuk kamar observasi. Ternyata, dalam perjalanan menuju RS, terjadi pecah ketuban. Namun saya tidak merasakan kontraksi dan masih bisa ngobrol - ngobrol dengan suami sepanjang perjalanan.


Saat itu juga belum ada pembukaan sama sekali. Timbul kekhawatiran saya akan di induksi. Untungnya, tidak lama kemudian terjadi kontraksi dan mulai ada pembukaan. Saat itu waktu menunjukkan pk 2 dini hari.
Setiap kali terjadi kontraksi, saya ambil tangan suami dan menggenggamnya erat-erat demi menahan sakit yang luar biasa. Sempat senewen ketika suami sibuk memotret saya dengan HP saya. Sinar blitz-nya benar-benar mengganggu sehingga saya sempat marah pada suami. Meski demikian, support dan perhatian suami yang besar saat itu benar-benar membuat saya kuat menghadapi siksaan kontraksi.



Sabtu, 26 April 2008

Keesokan harinya pada jam 10 pagi, saya dibawa ke ruang bersalin. Saat itu sudah pembukaan 9 dan suster sempat menghibur dengan mengatakan bahwa hanya dengan beberapa kali mengejan, bayi saya akan lahir.

Sejak awal saya memilih Waterbirth untuk persalinan. Jadilah saya dimasukkan ke dalam bath tub. Alunan musik spa dinyalakan. Lalu tercium harum aromaterapi. Air setinggi perut, membuat seluruh tubuh terendam air dan tubuh pun menjadi rileks serasa sedang Spa. Didampingi Ibu, saya mulai mempersiapkan diri untuk menjalani proses lahiran terakhir.

Saat sedang berlatih pernapasan, perut tiba-tiba terasa mulas. Dokter Rizka segera memberi aba-aba untuk mengejan. Beberapa kali, saking semangatnya, mata saya terpejam saat mengejan. Dokter dan para bidan berulang kali mengingatkan saya untuk tidak memejamkan mata. Belakangan saya ketahui, mata terpejam saat mengejan mengakibatkan pecah pembuluh darah di wajah yang ditandai dengan guratan merah di wajah dan mata.

Setelah 4 kali mulas dimana dalam 1 kali mulas saya mengejan 3-4 kali, akhirnya nafas mulai habis dan tenaga melemah... Dalam hati, saya berkata pada si bayi, 'Ayo nak, kita sama-sama berusaha yaa.. Jangan lama-lama didalam perut Bunda'. Terbersit kekhawatiran bayi akan di vacuum jika memang tidak juga keluar. Sementara dokter dan para bidan terus menyemangati saya dengan mengatakan rambut si bayi sudah terlihat. Saat itu air dalam bath tub sudah dikurangi oleh dokter sehingga tinggi air kira-kira hanya sebatas pergelangan kaki.

Dengan sisa tenaga terakhir, saya kembali mengejan. Tidak lama kemudian, pukul 10.28 pagi, terdengar suara tangis bayi mungil kami menggema dalam ruang bersalin. Si kecil langsung diletakkan diatas perut saya dalam keadaan masih tersambung dengan tali pusatnya.. Perasaan bahagia melihat kehadirannya membuat saya tidak sanggup menahan tangis. Saat menitikkan air mata, terasa kecupan lembut suami dikening yang penuh peluh ini. Sementara Ibu, yang terus mendampingi, mengelap peluh di dahi dan memberikan teh hangat.

Sementara bayi ditangani oleh DSA dr Widodo, saya bangun dari bath tub untuk berbaring di tempat bersalin untuk perawatan selanjutnya. Saat berdiri, rasanya sudah mau pingsan. Dengan bergelayut pada pundak suami, saya berusaha bangun. Selama perawatan lanjut, si kecil kembali diletakkan dibadan saya, untuk IMD. Rasanya takjub sekali. Bayi mungilku lahir dengan berat badan 3kg dan panjang 47cm.

Setelah menunggu pemulihan beberapa jam, saya dibawa ke lantai 4, kamar 406. Di kamar, Ibu berkomentar, "Kok kamu gak teriak-teriak selama bersalin tadi? Dulu waktu melahirkan, Mami teriak-teriak."

"Mi, kalo mau diturutin sakitnya, mungkin teriakanku udah sampai ujung lorong, kali..."

Meski rasa sakit kontraksi berusaha ditahan sekuat tenaga, namun tanpa sadar ternyata tangan suami terkena cakaran saya :)

No comments: