Sunday, September 21, 2008

ASI = Pengorbanan

Setelah membaca sharing seorang Ibu yang melakukan travelling ke luar negri dengan membawa-bawa ASIP (ASI Perah) beku dan harus tetap beku hingga tiba di negara tujuan, saya langsung menulis blog ini, dengan judul yang menurut saya sesuai dengan isi sharing si Ibu tersebut.

Betapa tidak, si Ibu harus mengatur blue ice, es batu dan ASIP sedemikian rupa di coller box-nya agar ASIP tetap beku, lalu harus bolak-balik menjelaskan kepada petugas imigrasi tentang isi box tersebut, rela membongkar pasang isi box tersebut saat pemeriksaan agar tidak menimbulkan kecurigaan, kemudian meminta pramugari agar dibolehkan memakai cooller box pesawat, lalu setibanya dihotel minta izin menitipkan boxnya di freezer sekaligus masuk ke dapur hotel untuk menyimpan box-nya di freezer hotel tersebut. WOW!

Saya merinding membaca perjuangan dan pengorbanan si Ibu itu. Dia melakukan itu semua demi satu hal: memberikan yang terbaik buat Bayi tercintanya yang berusia 14bulan.

Yup! 14 bulan. Usia yang bagi kebanyakan Ibu (juga saya, mungkin) adalah usia yang.... yaah... gak papa lah si baby dikasih susu kaleng, toh sudah berhasil ASIX bahkan sampe 1tahun. Tapi tidak bagi si Ibu, yang berusaha keras bisa memberikan ASI hingga babynya berusia 2tahun, jangka waktu paling ideal sesuai saran para ahli.

Buat saya, memberikan ASI susah-susah gampang. Gampangnya, ya gak pake takar-takar susu, gak akan kecipratan air panas, gak keluar uang untuk beli susu yang harganya aduhai...

Susahnya, saat pikiran lagi berat atau fisik letih, ASI pun berkurang. Untuk memperbanyak ASI lagi, tidak mudah. Kekuatan pikiran sangat berperan. Ditambah mitos bahwa payudara akan nunjuk sandal alias turun, bagi Ibu yang memberikan ASI bagi bayinya. Bagi seorang fashionista, ini hal berat. Sampai-sampai ada yang suntik stop ASI sesaat setelah melahirkan agar ASI tidak produksi lagi sehingga payudara tetap indah.

Kalau si Ibu yang suntik stop ASI membaca sharing pengorbanan si Ibu tadi, kira-kira apa komentarnya ya? Hmmm....

Saturday, September 06, 2008

Milis

"Mending kamu pergi liat tempat fitness daripada browsing-browsing yang gak penting itu" kata suami suatu pagi.

Saya sempet tersinggung dengan tuduhan suami yang menganggap browsing weddingku dan gabung dibeberapa milis adalah kegiatan sia-sia. Tapi saya pikir-pikir, suami memang tidak pernah baca isinya, maka tentu saja suami tidak paham manfaatnya sehingga menganggap kegiatan itu sia-sia, huehehe...

Padahal, dari ikutan forum dan beberapa milis tentang parenting, selain saya jadi makin paham seluk-beluk pemberian dan penyimpanan ASI, saya jadi tahu apa dan dimana bisa hypnobirthing dan waterbirth, saya juga jadi tidak panik ketika Kay tidak pup selama 5hari (ternyata batas wajar bayi ASIX tidak pup adalah 14hari), juga ada info kiat-kiat ibu menyusui dalam menjalankan puasa, info nursery room di mall-mall jakarta, info dokter-dokter yang dodol bin asal dalam memberikan pengobatan, info seminar Ibu dan Bayi, dll, dsb, dst.... yang tidak akan ditemukan dalam Baby Book paling lengkap sekalipun.

Pengetahuan yang makin bertambah setiap hari, membuat saya semangat menyebarkan ilmu yang saya ketahui kepada para sahabat yang sedang hamil, saat mereka bertanya seputar kehamilannya. IMD (yang baru tahun 2007 masuk ke Indonesia), melahirkan normal, serta memberikan ASIX, merupakan topik yang gencar saya singgung. Saking semangatnya, suatu kali seorang sahabat bilang ke saya,"Ya ampyun Uniii... dulu kalo ngobrol ama lo 'Dys, yuk kita hang out yuk...'. Sekarang.... 'Dys, pilih Normal kalo emang bisa melahirkan normal yaa... Nanti ASI aja ya Dys, jangan susu kaleng'. Hahaha.. Uni..unii... lo berubah banget yak!"

Saya jadi ikut tertawa mendengar sahabat saya itu. Iya juga ya..hehehee...

Ada juga sahabat yang sedang hamil anak ke-2, sms saya menanyakan apakah saya masih asi. Ketika saya jawab masih, dia pun bilang 'Gue juga mau ASIX ah, buat anak gue nanti'. Syukurlah, udah gak perlu di-brainwash lagi.... :)

Sahabat saya yang lainnya yang sedang hamil 4bulan, kerap menelepon saya untuk menanyakan ini-itu seputar pregnancy. Info-info yang dia terima tidak bisa dia konfirmasikan ke Ibunya, karena tentu saja si Ibu sudah tidak up to date (sama seperti Ibu saya).

Saya sendiri, bernasib sama seperti sahabat saya: tidak ada sepupu, ipar apalagi orang tua untuk bertanya seputar pemberian ASI, khususnya. Karena dari keluarga besar kedua orang tua tidak ada satupun yang memberikan ASIX. Begitupun juga dengan keluarga suami. Jadilah saya berusaha sendiri mencari-cari info yang tentunya saya peroleh dari beberapa milis yang saya ikuti. Karena lebih tidak mungkin lagi saya bertanya pada suami tercinta... hiks....

Wednesday, September 03, 2008

Kay dengan tante-tante centil

Beberapa waktu lalu, sekitar akhir July, saya hang out dengan sahabat ke Senayan City, demi mengusir rasa jenuh sekaligus relaksasi agar ASI kembali full. Kebetulan, tante-tantenya juga sudah ingin ketemu Kay setelah terakhir bertemu saat Kay baru lahir.

Begitu bertemu, Kay segera berpindah tangan. Kalau sudah begini, saya dan suster bisa meregangkan otot tangan sejenak, karena ada yang menggantikan kami menggendong Kay, hehehee...

Chit chat sambil makan, tak terasa sudah 2 jam ngerumpi. Selama itu Kay tenang-tenang saja tidak rewel sedikitpun.

Pertengahan Agustus kemarin, kembali Kay hang out dengan tante-tantenya yang centil.
Sedang asik-asik makan di Sushi Tei, tiba-tiba Kay minta mimik. Mau ke nursery room, lumayan jauh. Jadilah Kay mimik ditempat saya makan yang untungnya ruangan tertutup. Sahabat pun berusaha membantu menutupi badan saya agar tidak terlihat orang yang lalu lalang.

Dua kali pertemuan, lokasi hang out saya yang pilih. Para sahabat mengalah demi ibu menyusui. Sejak ada Kay, saya memang jadi selektif kalau mau mall. Pastinya yang ada nursery room-nya dan bersih. Jadilah kegemaran saya saat ini: mencoba berbagai nursery room di mall-mall jakarta.
Nursery room dibawah ini adalah milik Grand Indonesia. Masih baru namun sayang ruangannya terlalu sempit. Apalagi jika changing table dibuka. Sudah pasti tidak bisa bergerak.


Kay 4 bulan

Tidak terasa, usia bidadari kecilku sudah berusia 4 bulan. Alhamdulillah, perkembangan motoriknya sesuai dengan usianya. Hanya saja, Kay belum bisa tengkurap sendiri. Mungkin ini akibat tubuhnya yang selalu diganjal guling semenjak Kay tengkurap sendiri diusia 1 bulan.

Jadilah PR saya sekarang ini sering-sering melatih Kay tengkurap. Susahnya, pantatnya yang ndut itu sepertinya terlalu berat, sehingga dia selalu kesulitan untuk menggulingkan badannya ke posisi tengkurap, hehehe...

Kay juga senang menarik-narik rambut Bundanya ini. Melihat saya meringis sakit, Kay malah tersenyum-senyum. Saya menjulukinya 'Smiley Baby' karena Kay mudah sekali tersenyum dan tertawa jika diajak becanda.


Yang menggemaskan, setiap bangun tidur, Kay pasti tertawa riang saat dihampiri dan akan menyentuh wajah saya sambil mengeluarkan suara lucu saat saya sedang menciuminya. Hanya saja, beberapa hari belakangan ini Kay suka teriak-teriak atau merengek-rengek jika mengantuk. Padahal sebelumnya tidak. Kalau sudah begitu, dibawa ke taman sambil dikipas-kipas. Sebentar saja, dia sudah pulas.


Tentang kipas, Kay saat ini tidak bisa lepas dari benda satu itu. Mau tidur, bermain hingga habis mandi.... selalu dikipasi. Bahkan, kadang jendela kamar musti dibuka saat dia dimandikan. Kalau masih kegerahan juga, pakai baju sambil dikipasi atau bahkan AC dinyalakan. Herannya, kalau bermain dikamar yang pastinya AC menyala, meski kakinya dingin, tapi kepalanya tetap saja... kuyup!

ASI is the best - part 2

Minggu kemarin, saya menghadiri acara Aqiqah putra abang yang ke-3. Si baby boy beratnya 3.05kg, turun dari 3.5kg saat lahir. Saat saya menggendongnya, si baby terbatuk-batuk. Saya pikir gara-gara kena AC kamar (AC dinyalakan karena ada Kay yang sedang tidur). "Enggak, emang dia lagi batuk" begitu kata bude si baby yang saat itu sedang ngobrol dengan saya dikamar.

"Wah? Udah sakit-sakitan seperti kakak-kakaknya?" tanya saya.

"Wah.. dia aja obat batuknya ada 5 macem" jelas si bude, yang memang tahu persis kondisi tiga keponakannya, karena dia yang merawat ketiganya sejak lahir.

"Hah? 5 macam??" saya terperangah. Bayi belum genap sebulan, sudah dijejali 5 macam obat?

Saya menatap sedih bayi kecil dalam dekapan saya.

"Kalau nanti punya anak, kasih ASI ya, Bude... " kata saya pada si Bude. Dia belum dikaruniai anak dari perkawinannya yang telah memasuki tahun ke-7.

"Iya lah, lagian irit pake ASI, sekarang kan susu kaleng tambah mahal" katanya.

"Iya. Plus irit biaya berobat, karena bayi ASI daya tahan tubuhnya bagus, jadi gak gampang sakit" kata saya lagi.

"Iya, ini aja kemarin dia ke dokter habis 500ribu" kata si Bude sambil menunjuk si baby boy.

Ketiga anak abang saya ini memang bayi susu sapi. Entah kenapa, si Ibu memang cenderung susu kaleng daripada ASI. Dulu sebelum saya punya bayi, saya percaya saja ketika si Ibu bilang susah memberikan ASI akibat jahitan caesar. Kini, sejak saya hamil dan ikut beberapa milis Ibu dan Bayi, saya jadi tahu bahwa Ibu yang melahirkan Caesar tetap bisa ASIX bagi bayinya.

Sampai saat ini, si sulung sudah 2 kali diopname. Adiknya, juga sudah hampir dirawat inap. Kini, si bontot, sudah menelan 5 macam obat.

"Wah, kalo ikut asuransi, sudah kena extra premi tuh yang sulung, masih balita sudah dirawat sampe 2 kali sih.. hehehe..." canda saya kepada si Bude, demi mengalihkan rasa miris ini.

Saya jadi teringat ketika Kay batuk-batuk sepulang dari Bumbu Desa. Selain saya beri Tempra, saya juga segera meminum Redoxon Zinc, agar proses penyembuhan bisa lebih cepat. Besoknya Kay pun sembuh.

Kesedihan saya belum berakhir sampai disitu. Saat si baby boy haus, si Ibu segera mengambil botol susu yang berisi susu formula. Tanpa dekapan, hanya kepala rebah ditangan si Ibu, bayi kecil itu meminum habis susunya. Menyaksikan adegan itu, hati saya miris. Si bayi yang sedang sakit, tidak juga mendapat dekapan hangat dari ibunya..... Saat saya menulis inipun, air mata rasanya mau mengalir...