Thursday, July 31, 2008

Suster

“Bu, kalo boleh saya mau kerja disini lagi, nggak jadi suster jadi pembantu aja gak papa…” demikian kata Nur, suster kami yang baru 2.5bulan bekerja, saat berpamitan sambil menangis hari Sabtu pagi kemarin. Kehamilan yang telah berusia 4bulan mengharuskannya berhenti menjaga Kay dan pergi menyusul suaminya di Aceh.

Saya yang sejak kemarin berhasil menahan air mata, akhirnya luluh juga mendengarnya bicara begitu. Bahkan sampai hari Minggu, airmata ini masih saja menetes jika mengingat tangisnya yang menggugu saat berpamitan.

Perpisahan saya dengan si suster meninggalkan kesedihan buat saya, hingga tak disangka ASI saya pun akhirnya drop. Untung saja di freezer tersedia ASIP 700cc. Jadilah Kay saya berikan ASI selang-seling dengan ASIP sejak Senin lalu.

Kurangnya waktu istirahat (saat ada suster, saya istirahat 2jam di sore hari) makin membuat kuantitas ASI berkurang jauh. Dulu, dari 1 PD saya bisa memberikan ASI hingga Kay kekenyangan plus masih tersisa 50cc yang masih bisa disimpan dibotol. Sekarang, dengan 2PD pun Kay masih lapar.

Akhirnya, Rabu kemarin kami –saya, Mami, Kay dan bediende- pergi jalan-jalan ke mall dan mengajak teman-teman untuk bertemu. Saya butuh refreshing. Benar saja, sepulang dari hang out dengan teman lama, esoknya ASI kembali full, meski belum pulih seperti sebelumnya.

Yang repot adalah ketika harus mandi dan sholat, dua aktivitas yang membutuhkan waktu agak lama. Harus menunggu Kay benar-benar pulas, barulah saya bisa bebas beraktivitas. Urusan makan, masih bisa disambi dengan menggendongnya atau kalau Kay mau direbahkan, saya memberikannya mainan dan bersantap didekatnya.

Begitulah 24jam saya bersama buah hati tercinta. Dari jemur pagi, pijat, mandi, bermain... hingga Kay tidur malam.

Apalagi sejak Senin kemarin, suami pergi tugas dan baru pulang Kamis sore ini. Sementara bediende tidak pernah pegang baby sama sekali. Saya pun tinggal jauh dari rumah Ibu dan Ibu mertua.

Saya jadi teringat kegalauan saya beberapa hari sebelum si suster berhenti bekerja: saya ingin lebih banyak mengasuh Kay, agar dia dekat dengan saya.

Ternyata, keinginan saya didengar dan dikabulkan olehNya...

Sunday, July 13, 2008

Boyongan ke Mall

Mati lampu bergilir memang menyebalkan. Seperti yang terjadi beberapa waktu lalu. Tidak seperti biasanya, hari itu listrik mati mulai jam 9 pagi. Saya memutuskan menunggu beberapa jam, siapa tahu cuma sebentar. Jam 1.30 siang saat saya terbangun, listrik masih mati. Sementara persediaan air mulai menipis.
Kebutuhan air untuk buang air dan berwudhu mendesak saya untuk segera berkemas bersama bediende dan suster keluar rumah. Mengingat baru kemarin saya menitipkan Kay dirumah orang tua, maka kali ini saya memilih pergi ke Mall. Kenapa memilih mall, karena kebetulan juga sedang Jakarta Great Sale ... hehehe... :)

Sampai di mall tujuan, kami segera sholat Dzuhur bergantian sambil menjaga si kecil Kay. Setelah itu makan siang lalu window shopping. Bediende dan suster yang belum pernah ke mall, saya biarkan pergi melihat-lihat sepatu. Sementara Kay saya gendong sambil melihat-lihat baju baby. Tidak lama kemudian mereka kembali dengan senyum-senyum penuh makna... :))

Teman-teman yang tahu saya sedang di mall segera mengajak bertemu. Jadilah selama di mall saya bertemu dengan teman organisasi, teman kantor lama & istri dari sahabat suami. Ada hikmahnya juga mati lampu, saya jadi bisa bersilaturahmi dengan beberapa teman sekaligus. Di mall, Kay lebih banyak tidur. Terbangun hanya pada saat digendong oleh teman-teman bunda.
Demi menghindari macet diperjalanan, saya keluar mall sekitar jam 8 malam. Ternyata, masih saja macet, parah pula. Untungnya, Kay tidak rewel sama sekali.

Wednesday, July 02, 2008

Harta Paling Berharga di Dunia

"Apa harta paling berharga di dunia, Mas?" pertanyaan iseng saya pada suami disuatu hari. Suami tak menjawab, entah tidak tahu jawabannya atau tidak mau menjawab. Huehehe...

Jawabannya tentu saja bukan tumpukan emas balok, bukan juga investasi rumah & apartement mewah, pun bukan deposito miliaran. Harta paling berharga didunia hanya ada satu: Istri Sholehah. Tentu saja jawaban itu bukan opini pribadi, melainkan ajaran dalam Islam yang tertulis dalam semua buku persiapan pernikahan.

Beberapa hari setelah pertanyaan saya tadi, pada suatu pagi saya menyaksikan acara ‘Titian Iman’ yang disiarkan oleh satu stasiun TV. Temanya saya lupa, tapi membahas tentang istri sholehah. Kebetulan sekali. Di acara itu dikatakan betapa Allah SWT melaknat suami yang berbuat dzalim terhadap istri sholehah.

Seperti apa istri sholehah? Islam menggambarkan istri sholehah adalah istri yang patuh pada suami, menjaga kehormatan diri dan harta suami selama suami tidak dirumah.

Saya jadi teringat beberapa tahun yang lalu. Sahabat saya, seorang pria, bercerita pada saya bahwa salah satu teman aktivis di organisasi kami, seorang wanita berhijab panjang, telah berselingkuh hingga berbuat zina. Sahabat saya menceritakan kisah itu pada saya bukan bermaksud ghibah, tapi agar saya mau bicara dari hati ke hati dengan si wanita, karena sebagai lelaki dia merasa risi jika harus bicara lebih intim dengan si wanita.

Sebelum saya bicara langsung dengan si wanita, sebenarnya saya tidak percaya dengan cerita perselingkuhan itu. Karena saya tahu persis si wanita, meski tidak dekat. Apalagi hijab panjangnya yang mencapai pinggang. Apa mungkin? Namun setelah saya bicara 4 mata dengannya, dan pengakuan itu keluar langsung dari mulutnya, saya terperangah. Allahu Akbar….

Sampai sekarang si wanita masih berhijab dan telah menikahi selingkuhannya itu.

Jadi, (kalo ini menurut saya ) istri sholehah tidak bisa dilihat dari fisik semata, namun melihat jauh ke dalam. Semua kembali kepada niat. Maksudnya niat menikah karena apa? Jika menikah dengan niat mendapat ketenangan hidup dunia-akhirat dan mendapat berkah & ridho Allah, insya Allah si istri selalu dijaga sikap-langkahnya oleh Allah sehingga dapat memberikan yang terbaik bagi suaminya dan mendapat cap sebagai Istri Sholehah, tentu dimata Allah SWT.

Tuesday, July 01, 2008

Back to work or...?

"Rencananya mau kerja lagi apa jadi Ibu Rumah Tangga aja, Deas?" begitu pertanyaan yang banyak muncul dari teman-teman, lately.

Hmm... Pertanyaan yang saat ini masih bingung untuk dijawab. Bingungnya bukan karena ingin kerja lagi atau tidak...tapi kerja nine to five atau buka bisnis yaaa..? Jujur saja, tiap kali menatap wajah si kecil Kay, berat rasanya meninggalkannya lama-lama. Ditinggal nonton yang cuma sebentar saja, sudah kepikiran... lagi bobo kah..? rewel gak ya...?

Buat teman-teman yang tahu sepak terjang saya saat masih bekerja, mungkin impossible banget orang seperti saya akan bertahan jadi Ibu RT, nothing to do. Seorang teman pernah menelepon HP saya dipagi hari dan saat itu saya sedang menikmati sarapan di sebuah hotel di Pekanbaru. Siangnya dia telepon lagi, saya sudah berada di Jakarta. Malamnya saya yang telepon, dan teman saya kaget saat tahu saya sedang berada di Bandung. "Gile loo.. sarapan di Pekanbaru, maksi di Jakarta, dinner di Bandung!" begitu komentarnya.

Belum lagi julukan kutu loncat yang ditujukan ke saya, baik pindah company, maupun pindah profesi. Dimasa hamil, entah sudah berapa teman yang minta info lowongan kerja pada saya. Mereka menganggap network saya luas sehingga saya mudah berpindah kerja dan profesi. Bahkan ada 1-2 teman kantor lama yang berkonsultasi pada saya tentang pekerjaan & nego gaji dengan perusahaan baru. Weleh welehh...

Untungnya, meski tanpa kegiatan, saya tidak merasa kesepian, karena setiap hari ada saja teman yang menelepon atau mengirim sms. Baru-baru ini ex-teman kantor menelepon untuk ngerumpiin boss yang telah berbuat jahat pada saya sehingga saya berhenti bekerja. Lalu teman SMA yang feel guilty karena belum melihat saya dan baby. Kemarin sore, istri dari sahabat suami telepon sekedar membicarakan busana centil untuk bayi. Semalam, teman SMP sms menanyakan kabar si kecil. Barusan, sahabat kuliah telepon sekedar chit-chat. Ukhuwah islamiyah membuat saya tidak pernah merasa sepi.

Kembali ke pertanyaan diatas, tentu saya ingin kembali aktif. Kadang-kadang malah saya mencoba mencari kegiatan yang bisa melibatkan si kecil. Apa ada ya? Hmmm...