Sunday, September 21, 2008

ASI = Pengorbanan

Setelah membaca sharing seorang Ibu yang melakukan travelling ke luar negri dengan membawa-bawa ASIP (ASI Perah) beku dan harus tetap beku hingga tiba di negara tujuan, saya langsung menulis blog ini, dengan judul yang menurut saya sesuai dengan isi sharing si Ibu tersebut.

Betapa tidak, si Ibu harus mengatur blue ice, es batu dan ASIP sedemikian rupa di coller box-nya agar ASIP tetap beku, lalu harus bolak-balik menjelaskan kepada petugas imigrasi tentang isi box tersebut, rela membongkar pasang isi box tersebut saat pemeriksaan agar tidak menimbulkan kecurigaan, kemudian meminta pramugari agar dibolehkan memakai cooller box pesawat, lalu setibanya dihotel minta izin menitipkan boxnya di freezer sekaligus masuk ke dapur hotel untuk menyimpan box-nya di freezer hotel tersebut. WOW!

Saya merinding membaca perjuangan dan pengorbanan si Ibu itu. Dia melakukan itu semua demi satu hal: memberikan yang terbaik buat Bayi tercintanya yang berusia 14bulan.

Yup! 14 bulan. Usia yang bagi kebanyakan Ibu (juga saya, mungkin) adalah usia yang.... yaah... gak papa lah si baby dikasih susu kaleng, toh sudah berhasil ASIX bahkan sampe 1tahun. Tapi tidak bagi si Ibu, yang berusaha keras bisa memberikan ASI hingga babynya berusia 2tahun, jangka waktu paling ideal sesuai saran para ahli.

Buat saya, memberikan ASI susah-susah gampang. Gampangnya, ya gak pake takar-takar susu, gak akan kecipratan air panas, gak keluar uang untuk beli susu yang harganya aduhai...

Susahnya, saat pikiran lagi berat atau fisik letih, ASI pun berkurang. Untuk memperbanyak ASI lagi, tidak mudah. Kekuatan pikiran sangat berperan. Ditambah mitos bahwa payudara akan nunjuk sandal alias turun, bagi Ibu yang memberikan ASI bagi bayinya. Bagi seorang fashionista, ini hal berat. Sampai-sampai ada yang suntik stop ASI sesaat setelah melahirkan agar ASI tidak produksi lagi sehingga payudara tetap indah.

Kalau si Ibu yang suntik stop ASI membaca sharing pengorbanan si Ibu tadi, kira-kira apa komentarnya ya? Hmmm....

Saturday, September 06, 2008

Milis

"Mending kamu pergi liat tempat fitness daripada browsing-browsing yang gak penting itu" kata suami suatu pagi.

Saya sempet tersinggung dengan tuduhan suami yang menganggap browsing weddingku dan gabung dibeberapa milis adalah kegiatan sia-sia. Tapi saya pikir-pikir, suami memang tidak pernah baca isinya, maka tentu saja suami tidak paham manfaatnya sehingga menganggap kegiatan itu sia-sia, huehehe...

Padahal, dari ikutan forum dan beberapa milis tentang parenting, selain saya jadi makin paham seluk-beluk pemberian dan penyimpanan ASI, saya jadi tahu apa dan dimana bisa hypnobirthing dan waterbirth, saya juga jadi tidak panik ketika Kay tidak pup selama 5hari (ternyata batas wajar bayi ASIX tidak pup adalah 14hari), juga ada info kiat-kiat ibu menyusui dalam menjalankan puasa, info nursery room di mall-mall jakarta, info dokter-dokter yang dodol bin asal dalam memberikan pengobatan, info seminar Ibu dan Bayi, dll, dsb, dst.... yang tidak akan ditemukan dalam Baby Book paling lengkap sekalipun.

Pengetahuan yang makin bertambah setiap hari, membuat saya semangat menyebarkan ilmu yang saya ketahui kepada para sahabat yang sedang hamil, saat mereka bertanya seputar kehamilannya. IMD (yang baru tahun 2007 masuk ke Indonesia), melahirkan normal, serta memberikan ASIX, merupakan topik yang gencar saya singgung. Saking semangatnya, suatu kali seorang sahabat bilang ke saya,"Ya ampyun Uniii... dulu kalo ngobrol ama lo 'Dys, yuk kita hang out yuk...'. Sekarang.... 'Dys, pilih Normal kalo emang bisa melahirkan normal yaa... Nanti ASI aja ya Dys, jangan susu kaleng'. Hahaha.. Uni..unii... lo berubah banget yak!"

Saya jadi ikut tertawa mendengar sahabat saya itu. Iya juga ya..hehehee...

Ada juga sahabat yang sedang hamil anak ke-2, sms saya menanyakan apakah saya masih asi. Ketika saya jawab masih, dia pun bilang 'Gue juga mau ASIX ah, buat anak gue nanti'. Syukurlah, udah gak perlu di-brainwash lagi.... :)

Sahabat saya yang lainnya yang sedang hamil 4bulan, kerap menelepon saya untuk menanyakan ini-itu seputar pregnancy. Info-info yang dia terima tidak bisa dia konfirmasikan ke Ibunya, karena tentu saja si Ibu sudah tidak up to date (sama seperti Ibu saya).

Saya sendiri, bernasib sama seperti sahabat saya: tidak ada sepupu, ipar apalagi orang tua untuk bertanya seputar pemberian ASI, khususnya. Karena dari keluarga besar kedua orang tua tidak ada satupun yang memberikan ASIX. Begitupun juga dengan keluarga suami. Jadilah saya berusaha sendiri mencari-cari info yang tentunya saya peroleh dari beberapa milis yang saya ikuti. Karena lebih tidak mungkin lagi saya bertanya pada suami tercinta... hiks....

Wednesday, September 03, 2008

Kay dengan tante-tante centil

Beberapa waktu lalu, sekitar akhir July, saya hang out dengan sahabat ke Senayan City, demi mengusir rasa jenuh sekaligus relaksasi agar ASI kembali full. Kebetulan, tante-tantenya juga sudah ingin ketemu Kay setelah terakhir bertemu saat Kay baru lahir.

Begitu bertemu, Kay segera berpindah tangan. Kalau sudah begini, saya dan suster bisa meregangkan otot tangan sejenak, karena ada yang menggantikan kami menggendong Kay, hehehee...

Chit chat sambil makan, tak terasa sudah 2 jam ngerumpi. Selama itu Kay tenang-tenang saja tidak rewel sedikitpun.

Pertengahan Agustus kemarin, kembali Kay hang out dengan tante-tantenya yang centil.
Sedang asik-asik makan di Sushi Tei, tiba-tiba Kay minta mimik. Mau ke nursery room, lumayan jauh. Jadilah Kay mimik ditempat saya makan yang untungnya ruangan tertutup. Sahabat pun berusaha membantu menutupi badan saya agar tidak terlihat orang yang lalu lalang.

Dua kali pertemuan, lokasi hang out saya yang pilih. Para sahabat mengalah demi ibu menyusui. Sejak ada Kay, saya memang jadi selektif kalau mau mall. Pastinya yang ada nursery room-nya dan bersih. Jadilah kegemaran saya saat ini: mencoba berbagai nursery room di mall-mall jakarta.
Nursery room dibawah ini adalah milik Grand Indonesia. Masih baru namun sayang ruangannya terlalu sempit. Apalagi jika changing table dibuka. Sudah pasti tidak bisa bergerak.


Kay 4 bulan

Tidak terasa, usia bidadari kecilku sudah berusia 4 bulan. Alhamdulillah, perkembangan motoriknya sesuai dengan usianya. Hanya saja, Kay belum bisa tengkurap sendiri. Mungkin ini akibat tubuhnya yang selalu diganjal guling semenjak Kay tengkurap sendiri diusia 1 bulan.

Jadilah PR saya sekarang ini sering-sering melatih Kay tengkurap. Susahnya, pantatnya yang ndut itu sepertinya terlalu berat, sehingga dia selalu kesulitan untuk menggulingkan badannya ke posisi tengkurap, hehehe...

Kay juga senang menarik-narik rambut Bundanya ini. Melihat saya meringis sakit, Kay malah tersenyum-senyum. Saya menjulukinya 'Smiley Baby' karena Kay mudah sekali tersenyum dan tertawa jika diajak becanda.


Yang menggemaskan, setiap bangun tidur, Kay pasti tertawa riang saat dihampiri dan akan menyentuh wajah saya sambil mengeluarkan suara lucu saat saya sedang menciuminya. Hanya saja, beberapa hari belakangan ini Kay suka teriak-teriak atau merengek-rengek jika mengantuk. Padahal sebelumnya tidak. Kalau sudah begitu, dibawa ke taman sambil dikipas-kipas. Sebentar saja, dia sudah pulas.


Tentang kipas, Kay saat ini tidak bisa lepas dari benda satu itu. Mau tidur, bermain hingga habis mandi.... selalu dikipasi. Bahkan, kadang jendela kamar musti dibuka saat dia dimandikan. Kalau masih kegerahan juga, pakai baju sambil dikipasi atau bahkan AC dinyalakan. Herannya, kalau bermain dikamar yang pastinya AC menyala, meski kakinya dingin, tapi kepalanya tetap saja... kuyup!

ASI is the best - part 2

Minggu kemarin, saya menghadiri acara Aqiqah putra abang yang ke-3. Si baby boy beratnya 3.05kg, turun dari 3.5kg saat lahir. Saat saya menggendongnya, si baby terbatuk-batuk. Saya pikir gara-gara kena AC kamar (AC dinyalakan karena ada Kay yang sedang tidur). "Enggak, emang dia lagi batuk" begitu kata bude si baby yang saat itu sedang ngobrol dengan saya dikamar.

"Wah? Udah sakit-sakitan seperti kakak-kakaknya?" tanya saya.

"Wah.. dia aja obat batuknya ada 5 macem" jelas si bude, yang memang tahu persis kondisi tiga keponakannya, karena dia yang merawat ketiganya sejak lahir.

"Hah? 5 macam??" saya terperangah. Bayi belum genap sebulan, sudah dijejali 5 macam obat?

Saya menatap sedih bayi kecil dalam dekapan saya.

"Kalau nanti punya anak, kasih ASI ya, Bude... " kata saya pada si Bude. Dia belum dikaruniai anak dari perkawinannya yang telah memasuki tahun ke-7.

"Iya lah, lagian irit pake ASI, sekarang kan susu kaleng tambah mahal" katanya.

"Iya. Plus irit biaya berobat, karena bayi ASI daya tahan tubuhnya bagus, jadi gak gampang sakit" kata saya lagi.

"Iya, ini aja kemarin dia ke dokter habis 500ribu" kata si Bude sambil menunjuk si baby boy.

Ketiga anak abang saya ini memang bayi susu sapi. Entah kenapa, si Ibu memang cenderung susu kaleng daripada ASI. Dulu sebelum saya punya bayi, saya percaya saja ketika si Ibu bilang susah memberikan ASI akibat jahitan caesar. Kini, sejak saya hamil dan ikut beberapa milis Ibu dan Bayi, saya jadi tahu bahwa Ibu yang melahirkan Caesar tetap bisa ASIX bagi bayinya.

Sampai saat ini, si sulung sudah 2 kali diopname. Adiknya, juga sudah hampir dirawat inap. Kini, si bontot, sudah menelan 5 macam obat.

"Wah, kalo ikut asuransi, sudah kena extra premi tuh yang sulung, masih balita sudah dirawat sampe 2 kali sih.. hehehe..." canda saya kepada si Bude, demi mengalihkan rasa miris ini.

Saya jadi teringat ketika Kay batuk-batuk sepulang dari Bumbu Desa. Selain saya beri Tempra, saya juga segera meminum Redoxon Zinc, agar proses penyembuhan bisa lebih cepat. Besoknya Kay pun sembuh.

Kesedihan saya belum berakhir sampai disitu. Saat si baby boy haus, si Ibu segera mengambil botol susu yang berisi susu formula. Tanpa dekapan, hanya kepala rebah ditangan si Ibu, bayi kecil itu meminum habis susunya. Menyaksikan adegan itu, hati saya miris. Si bayi yang sedang sakit, tidak juga mendapat dekapan hangat dari ibunya..... Saat saya menulis inipun, air mata rasanya mau mengalir...

Monday, August 25, 2008

ASI is the best

Belakangan, suami memaksa saya untuk memberikan air putih untuk Kay jika ia cegukan. Juga meminta saya untuk mulai memberikan pisang, mengingat usia kay masuk 4bulan.

"Enggak ada air putih, gak ada pisang. Pokoknya ASI sampe 6 bulan" jawab saya pada suami. Jadilah kami beradu argumen.

"Ya udah ntar kita tanya ke dokternya Kay" ajak suami, yang saya iyakan dengan semangat. Suami lupa, dokternya Kay kan dokter pro-ASI, hehehee....

Sabtu kemarin, berangkatlah kami ke RS Bunda, untuk imunisasi DPT & Polio. Saking penasarannya, tidak lama setelah masuk ruang dokter, suami langsung bertanya pada sang dokter mengenai pemberian air putih dan pisang pada Kay.

"Jangan dulu, Pak. Apalagi ASI masih cukup. Kalo bayinya diberi air putih atau makanan tambahan, nanti ASI Ibunya malah berkurang. Lagipula, setelah diteliti lebih jauh, bayi sampai 6bulan sebaiknya cukup diberi ASI saja, supaya pencernaannya optimal dan si anak tidak mudah terkena alergi. Meski air Aqua, tapi tetap bisa saja mengandung bakteri. Jangan dulu ya Pak, kecuali ASI kurang, nah itu silahkan saja" dokter Tiwi panjang lebar menjelaskan.

Saya tersenyum melirik suami yang mengangguk-angguk.

Gantian saya yang bertanya mengenai penambahan berat badan Kay, yang selalu naik 1.1kg/bulan, tapi kali ini hanya 1kg per 1/5bulan. "Memang pertambahan bayi diusia 3-6bulan akan bertambah max 700gr/bulan, Bu. Ini bagus, kok. Apalagi bayi Ibu masih ASI full kan? Mimiknya kuat ya?" dokter Tiwi menenangkan saya.

Kay juga belum pup sejak Kamis siang, yang berarti 2hari. Menurut sang dokter, masih terbilang normal pula. Tapi sejak saat saya menulis ini (yang artinya hari ke-4), Kay masih belum juga pup. Saya masih berusaha tenang karena Kay tidak rewel, yang artinya dia tidak sakit. Meski demikian, saya sudah coba memijat Kay, meminum vit.C sampai memakan jeruk yang dibeli suami.

Friday, August 22, 2008

Intermezzo

Beberapa hari kemarin, saya dan suami diskusi soal pompa air yang ngadat. Beli dan pasang sendiri or gali lagi plus pemasangan yang habis 5jutaan? 'Beli sendiri aja, kali aja ngadat karena usia pompanya yang udah uzur,' saran saya pada suami. Menurut suami, pompa itu sudah berusia 15tahun.
"Kalo ternyata harus digali juga, gimana?" tanya suami. Saat itu sudah ada orang yang nawarin gali tanah, dengan biaya 5juta tadi.
"Ya panggil mereka untuk ngerjain. Masak sih mereka gak mau?"
"Trus, kalo beli sendiri, siapa yang mau beli? Aku baru bisa sabtu."
"Ya aku aja, apa susahnya? Mas catet aja merk dan typenya" jawab saya.
Menunggu Sabtu? Wah.. saat itu air dilantai atas sudah gak keluar sama sekali. Kasihan yang cuci baju, naik turun angkat ember cucian...
Maka, Rabu 2 hari yang lalu, berbekal catatan type pompa dari suami, meluncurlah saya sendirian ke depo bangunan Kalimalang. Tiba di depo, saya menuju area pompa air, cari staff depo, kasih catatan pompa, mereka yang cari... lalu dapet deh! Tidak sampai 1/2 jam, pompa incaran sudah dibagasi mobil. Semudah bikin telor ceplok, hehehee...
Mental 'Saya bisa' yang diajarkan ibu saya terasa manfaatnya dalam situasi mendesak seperti ini. Asal jangan disuruh benerin mesin pompanya, kalo itu mah ya wassalam...

Thursday, August 14, 2008

Suster oh suster

Harapan saya mendapat pengganti suster yang menyayangi Kay seperti suster sebelumnya, terkabul. Kepergian suster Nur yang membuat saya bersedih tentu saja karena si suster sedemikian sayang pada Kay. "Suster gak bisa lihat dan ajarin Kay belajar jalan, deh.." ucapnya sedih sambil menatap Kay sehari menjelang kepergiannya.

Kini, suster Wati terlihat sayang sama Kay. Setiap si suster mendekat, Kay tersenyum. Kesamaan suster Wati dan suster Nur, mereka sama-sama suka membaca. Sambil menunggui Kay tidur, mereka juga sering terlihat sedang mengisi waktu dengan membaca majalah Ayahbunda dan M&B. Mereka juga selalu bernyanyi saat menggendong atau mengajak Kay bermain.

Namun satu yang mengesankan dari suster Wati, dia pintar berbahasa inggris. Beberapa lagu berbahasa inggris bisa dia nyanyikan. Kata-kata seperti 'Watching Television' atau 'Take a bath' diucapkannya dengan baik. Dia juga bisa menyebut angka-angka, nama buah-buahan.. in English...

Iseng saya test,"Mbak, bahasa inggrisnya mangga apa?"
"Mango kan Bu?" jawab suster, dengan spell yang benar. Hmmm....

Tuhan benar-benar mengganti tangisan saya dengan yang jauh lebih baik.... Alhamdulillah..

Wednesday, August 13, 2008

My bro's family

"Ci, si kecil udah lahir semalem" kata abang mengabarkan kelahiran anak ke-3.

"Dirumah sakit dan kamar yang sama, ya?" tanya saya yang diiyakan oleh si abang. Dari anak pertama sampai ketiga (dan juga terakhir, karena semua lahir Caesar), lahir di Rumah Sakit bersalin dan memakai kamar yang sama. Ada-ada saja nih si abang... :)

Jadilah sabtu kemarin, setelah mengambil suster Wati dari yayasan, kami meluncur ke Rumah Bersalin Duren Tiga. Anak laki-laki dengan berat 3.5kg itu belum diberi nama. Hmm... mentang-mentang anak terakhir, orang tuanya mulai cuek...

Sepertinya sih nasib saya pun tidak beda dengan nasib si bayi kecil ini. Sebagai anak ketiga, saat lahir saya cukup diberi nama Deasy. Deasy apa? Tidak ada. Ya Deasy saja. Padahal, di buku kuning, pemilik nama Deasy ada ratusan. Hu..hu...

Kalaupun akhirnya saya punya kepanjangan, itu karena kakak tertua saya memanggil saya dengan sebutan ‘Adik Mela’ yang maksudnya ‘Adik Merah’, karena warna kulit saya yang memang merah saat lahir. Saya patut berterima kasih kepada kakak saya itu, karena dialah saya jadi punya nama kepanjangan. Hikss...

Sementara nama saya diberi 1 suku kata, kakak tertua diberi nama 3 suku kata yang bagus. Begitupun kakak kedua si abang ini, diberi 2 suku kata. Hmm... sepertinya makin bertambah anak, nama yang diberikan menjadi berkurang suku katanya ya, maka saya cukup diberi 1 suku kata, ya Deasy itu tadi.Hahaha...

Sempat terpikir ‘Tidak adil, nih...’ Padahal, Mami dan Papi juga sama-sama anak ke-3 seperti saya. Harusnya mereka tahu persis rasa duka menjadi anak kesekian yang cenderung dicuekin... hmmmm....Ironisnya, saya banyak menemukan kasus dimana anak pertama justru menjadi kurang perhatian kepada orang tua ketika mereka dewasa. Padahal kehadiran mereka ditunggu-tunggu, sehingga mereka sedemikian disayang oleh orang tua.

Yang membaca tulisan saya ini dan menjadi anak pertama, jangan protes dulu yaa.. Ini hanya kasus yang saya temui, bukan maksud men-generalisir, kok.. peace...hehehe...

Tuesday, August 12, 2008

Bumbu Desa

Dua minggu lalu, setelah menyaksikan acara jalan-jalan ke Bumbu Desa di TransTV, suami jadi penasaran dengan resto baru dibilangan Sukabumi tersebut. Maka saat wiken tiba, tepatnya tanggal 26 July 2008 meluncurlah kami ke Sukabumi berburu lokasi resto Bumbu Desa.

Setelah tanya sana-sini, putar balik beberapa kali, lihat peta... sampai juga kami di lokasi. Resto yang sangat desa, karena terletak ditengah-tengah hamparan sawah hijau. Tempat makan bisa pilih, mau di dalam resto atau dalam saung ditengah sawah.

Saat tiba, hari sudah sore. Angin sejuk sepoi-sepoi membuat perut terasa lapar dan mata mengantuk. Tengah sawah begini enaknya memang tidur, hmm.... Sambil menunggu pesanan tiba (harganya standard, ternyata), saya dan suami bergiliran sholat Ashar sambil menggendong Kay. O ya, hari itu adalah hari tanpa suster Nur, karena paginya si suster berhenti bekerja.

Tempat sholatnya bersih dan terbuka. Nyaman dan segar. Malamnya, Kay batuk-batuk. Angin Bumbu Desa yang menerpa tubuhnya saat sedang berganti popok tampaknya cukup 'galak'. Untungnya, kami sedia Tempra (yang sedianya untuk jaga-jaga pasca dia disuntik imun). Esoknya, masih kami beri beberapa tetes Tempra. Syukur, batuknya hilang menjelang sore hari. Efek ASI? hmm.. mungkin saja...

Monday, August 11, 2008

Children are a gift from God

“Saya sebenarnya belum siap, Bu. Sempat terpikir untuk ngegugurin kandungan saya” air mata pun mengalir dipipi eks-suster saya saat dia mengabarkan kehamilan yang tidak diharapkannya itu. Ketidaksiapan finansial menjadi alasan utama. Dia hanya terdiam ketika saya mengingatkannya bahwa tindakan itu dosa besar, apalagi hari gene banyak pasangan yang sulit mendapatkan anak. “Kalo kamu gugurin, kelak saat kamu ingin punya anak, bisa-bisa dipersulit olehNya, lhoo…” kata saya, terinspirasi kisah seorang teman.

Saat ini ada kurang lebih 10 pasang suami istri yang saya kenal yang telah menikah tahunan namun belum juga dikaruniai buah hati. Usaha mulai dari pijat, terapi alternative, program bayi tabung ke luar negri hingga meminum air parutan nanas diwaktu khusus telah dijalani. Sekarang dihadapan saya terlontar kalimat ingin menggugurkan kandungan. Miris sekali rasanya.

Ada lagi kisah lain. Suster baru saya, Wati, bercerita bagaimana mantan majikannya sedemikian anti memberikan ASI bagi bayinya sampai-sampai si Ibu sengaja suntik stop ASI! Saya enggak mau payudara saya kendor, Wati menirukan ucapan majikannya itu. “Padahal dia dapetinnya dengan bayi tabung, Bu” sambung Wati.

Usaha jungkir balik untuk bisa punya anak, ketika diberi malah tidak mau berkorban demi memberikan yang terbaik? Menarik sekali....

Saya pribadi yakin bahwa, Do’a bagi Ibu-Bapak yang bunyinya Sayangilah kedua orang tuaku sebagaimana mereka menyayangiku diwaktu kecil’ memiliki sarat makna. Menyayangi disini tentu saja ikhlas menjaga, merawat, dan membesarkan hingga si anak menikah. Namun, sebagai manusia yang tidak pernah luput dari salah dan khilaf, tentu sesekali kita bisa saja melakukan kekeliruan.

Sekali waktu ketika kami akan pergi ber-week-end ria, suami pernah berkata,”Kay gak usah diajak ya, repot”.

Yakin suami saat itu sedang berkata khilaf, saya hanya menjawab ringan,”Mas, bayangin deh, kelak kita sudah tua dan kondisinya terbalik dari sekarang: tak berdaya dan bergantung kepada Kay, Mas mendapati Kay bicara ‘Papi gak usah diajak ya, repot’. Gimana hayoo...” Suami terdiam. Hehehe...

Merawat dan membesarkan anak memang bukan pekerjaan mudah. Setidaknya itu yang saya rasakan ketika saya tidak dibantu oleh seorang pun (tanpa suster, sementara suami sedang tugas luar selama 4hari 3malam). Apalagi ketika anak sedang rewel, sementara saya kebelet pipis, perut lapar dan pinggang rasanya sudah mau patah. Rasa letih yang pernah saya rasakan saat bekerja sebagai Trainer yang mengharuskan banyak berdiri, bicara dan tetap semangat seharian selama 5hari diluar kota, menjadi nothing.

Dalam masa 4hari tanpa seorangpun membantu, saat rasa letih lahir-bathin menyerang dan nyaris membuat saya menangis, saya coba mengingat satu kalimat: Children are a gift from God. Kalimat yang ternyata memberikan energi lebih pada saya detik itu juga hingga membuat saya mampu menyikapi keletihan dengan rasa penuh syukur…

Suster part 2

Pasca berhentinya suster Nur, agenda mingguan saya dan suami adalah berburu suster. Sebenarnya saya keberatan menggunakan suster, karena sebagai back up saat saya mandi, sholat dan istirahat 2jam di sore hari, uang sebesar 900ribu per bulan bagi saya terlalu boros. Lebih baik saya mencari bediende yang bisa pegang bayi. Toh hanya back up...

Tapi mungkin suami punya pertimbangan lain dengan memaksa tetap memakai suster. Akhirnya, saya mengalah. Sepulang kantor, suami menyodorkan daftar yayasan baby sitter pada saya untuk dihubungi.

Ternyata, menjelang puasa begini jarang sekali ada suster nganggur. 'Nanggung, Bu...' begitu rata-rata jawaban para pimpinan yayasan.

Ada satu calon, saat diinterview, ternyata si suster sudah menikah namun belum punya anak. Saya dan suami berpandangan. Bisa sama nih kasusnya dengan suster Nur: hamil lalu berhenti kerja. Walah..walah... Karena kami tidak terlalu sreg dengan suster ini, kami pun pulang tanpa suster baru.

Sabtu kemarin, lagi-lagi kami hunting suster. Kali ini pilihan suami. Ketika saya wawancara, ternyata kasusnya sama juga dengan suster sebelumnya, sudah menikah 2tahun, namun belum punya anak. Hmmm...

Akhirnya, dengan pertimbangan kebutuhan ASI bagi Kay (selama tidak ada back up, jumlah ASI menurun jauh karena rasa letih), kami menerima suster Wati. Feeling saya pun 'jalan' dengan suster ini. Mungkin sudah takdir kami mendapatkan suster yang belum punya anak. Lagipula, sepertinya kami kejam juga kalo ketiadaan anak menjadi alasan kami menolak mempekerjakannya. Saat itu juga suster Wati ikut dengan kami.
Saat ini, perlahan ASI mulai pulih. Meski produksi ASI belum bisa diperas, setidaknya setiap Kay lapar 2jam sekali, ASI selalu tersedia dan dia kenyang.

Thursday, July 31, 2008

Suster

“Bu, kalo boleh saya mau kerja disini lagi, nggak jadi suster jadi pembantu aja gak papa…” demikian kata Nur, suster kami yang baru 2.5bulan bekerja, saat berpamitan sambil menangis hari Sabtu pagi kemarin. Kehamilan yang telah berusia 4bulan mengharuskannya berhenti menjaga Kay dan pergi menyusul suaminya di Aceh.

Saya yang sejak kemarin berhasil menahan air mata, akhirnya luluh juga mendengarnya bicara begitu. Bahkan sampai hari Minggu, airmata ini masih saja menetes jika mengingat tangisnya yang menggugu saat berpamitan.

Perpisahan saya dengan si suster meninggalkan kesedihan buat saya, hingga tak disangka ASI saya pun akhirnya drop. Untung saja di freezer tersedia ASIP 700cc. Jadilah Kay saya berikan ASI selang-seling dengan ASIP sejak Senin lalu.

Kurangnya waktu istirahat (saat ada suster, saya istirahat 2jam di sore hari) makin membuat kuantitas ASI berkurang jauh. Dulu, dari 1 PD saya bisa memberikan ASI hingga Kay kekenyangan plus masih tersisa 50cc yang masih bisa disimpan dibotol. Sekarang, dengan 2PD pun Kay masih lapar.

Akhirnya, Rabu kemarin kami –saya, Mami, Kay dan bediende- pergi jalan-jalan ke mall dan mengajak teman-teman untuk bertemu. Saya butuh refreshing. Benar saja, sepulang dari hang out dengan teman lama, esoknya ASI kembali full, meski belum pulih seperti sebelumnya.

Yang repot adalah ketika harus mandi dan sholat, dua aktivitas yang membutuhkan waktu agak lama. Harus menunggu Kay benar-benar pulas, barulah saya bisa bebas beraktivitas. Urusan makan, masih bisa disambi dengan menggendongnya atau kalau Kay mau direbahkan, saya memberikannya mainan dan bersantap didekatnya.

Begitulah 24jam saya bersama buah hati tercinta. Dari jemur pagi, pijat, mandi, bermain... hingga Kay tidur malam.

Apalagi sejak Senin kemarin, suami pergi tugas dan baru pulang Kamis sore ini. Sementara bediende tidak pernah pegang baby sama sekali. Saya pun tinggal jauh dari rumah Ibu dan Ibu mertua.

Saya jadi teringat kegalauan saya beberapa hari sebelum si suster berhenti bekerja: saya ingin lebih banyak mengasuh Kay, agar dia dekat dengan saya.

Ternyata, keinginan saya didengar dan dikabulkan olehNya...

Sunday, July 13, 2008

Boyongan ke Mall

Mati lampu bergilir memang menyebalkan. Seperti yang terjadi beberapa waktu lalu. Tidak seperti biasanya, hari itu listrik mati mulai jam 9 pagi. Saya memutuskan menunggu beberapa jam, siapa tahu cuma sebentar. Jam 1.30 siang saat saya terbangun, listrik masih mati. Sementara persediaan air mulai menipis.
Kebutuhan air untuk buang air dan berwudhu mendesak saya untuk segera berkemas bersama bediende dan suster keluar rumah. Mengingat baru kemarin saya menitipkan Kay dirumah orang tua, maka kali ini saya memilih pergi ke Mall. Kenapa memilih mall, karena kebetulan juga sedang Jakarta Great Sale ... hehehe... :)

Sampai di mall tujuan, kami segera sholat Dzuhur bergantian sambil menjaga si kecil Kay. Setelah itu makan siang lalu window shopping. Bediende dan suster yang belum pernah ke mall, saya biarkan pergi melihat-lihat sepatu. Sementara Kay saya gendong sambil melihat-lihat baju baby. Tidak lama kemudian mereka kembali dengan senyum-senyum penuh makna... :))

Teman-teman yang tahu saya sedang di mall segera mengajak bertemu. Jadilah selama di mall saya bertemu dengan teman organisasi, teman kantor lama & istri dari sahabat suami. Ada hikmahnya juga mati lampu, saya jadi bisa bersilaturahmi dengan beberapa teman sekaligus. Di mall, Kay lebih banyak tidur. Terbangun hanya pada saat digendong oleh teman-teman bunda.
Demi menghindari macet diperjalanan, saya keluar mall sekitar jam 8 malam. Ternyata, masih saja macet, parah pula. Untungnya, Kay tidak rewel sama sekali.

Wednesday, July 02, 2008

Harta Paling Berharga di Dunia

"Apa harta paling berharga di dunia, Mas?" pertanyaan iseng saya pada suami disuatu hari. Suami tak menjawab, entah tidak tahu jawabannya atau tidak mau menjawab. Huehehe...

Jawabannya tentu saja bukan tumpukan emas balok, bukan juga investasi rumah & apartement mewah, pun bukan deposito miliaran. Harta paling berharga didunia hanya ada satu: Istri Sholehah. Tentu saja jawaban itu bukan opini pribadi, melainkan ajaran dalam Islam yang tertulis dalam semua buku persiapan pernikahan.

Beberapa hari setelah pertanyaan saya tadi, pada suatu pagi saya menyaksikan acara ‘Titian Iman’ yang disiarkan oleh satu stasiun TV. Temanya saya lupa, tapi membahas tentang istri sholehah. Kebetulan sekali. Di acara itu dikatakan betapa Allah SWT melaknat suami yang berbuat dzalim terhadap istri sholehah.

Seperti apa istri sholehah? Islam menggambarkan istri sholehah adalah istri yang patuh pada suami, menjaga kehormatan diri dan harta suami selama suami tidak dirumah.

Saya jadi teringat beberapa tahun yang lalu. Sahabat saya, seorang pria, bercerita pada saya bahwa salah satu teman aktivis di organisasi kami, seorang wanita berhijab panjang, telah berselingkuh hingga berbuat zina. Sahabat saya menceritakan kisah itu pada saya bukan bermaksud ghibah, tapi agar saya mau bicara dari hati ke hati dengan si wanita, karena sebagai lelaki dia merasa risi jika harus bicara lebih intim dengan si wanita.

Sebelum saya bicara langsung dengan si wanita, sebenarnya saya tidak percaya dengan cerita perselingkuhan itu. Karena saya tahu persis si wanita, meski tidak dekat. Apalagi hijab panjangnya yang mencapai pinggang. Apa mungkin? Namun setelah saya bicara 4 mata dengannya, dan pengakuan itu keluar langsung dari mulutnya, saya terperangah. Allahu Akbar….

Sampai sekarang si wanita masih berhijab dan telah menikahi selingkuhannya itu.

Jadi, (kalo ini menurut saya ) istri sholehah tidak bisa dilihat dari fisik semata, namun melihat jauh ke dalam. Semua kembali kepada niat. Maksudnya niat menikah karena apa? Jika menikah dengan niat mendapat ketenangan hidup dunia-akhirat dan mendapat berkah & ridho Allah, insya Allah si istri selalu dijaga sikap-langkahnya oleh Allah sehingga dapat memberikan yang terbaik bagi suaminya dan mendapat cap sebagai Istri Sholehah, tentu dimata Allah SWT.

Tuesday, July 01, 2008

Back to work or...?

"Rencananya mau kerja lagi apa jadi Ibu Rumah Tangga aja, Deas?" begitu pertanyaan yang banyak muncul dari teman-teman, lately.

Hmm... Pertanyaan yang saat ini masih bingung untuk dijawab. Bingungnya bukan karena ingin kerja lagi atau tidak...tapi kerja nine to five atau buka bisnis yaaa..? Jujur saja, tiap kali menatap wajah si kecil Kay, berat rasanya meninggalkannya lama-lama. Ditinggal nonton yang cuma sebentar saja, sudah kepikiran... lagi bobo kah..? rewel gak ya...?

Buat teman-teman yang tahu sepak terjang saya saat masih bekerja, mungkin impossible banget orang seperti saya akan bertahan jadi Ibu RT, nothing to do. Seorang teman pernah menelepon HP saya dipagi hari dan saat itu saya sedang menikmati sarapan di sebuah hotel di Pekanbaru. Siangnya dia telepon lagi, saya sudah berada di Jakarta. Malamnya saya yang telepon, dan teman saya kaget saat tahu saya sedang berada di Bandung. "Gile loo.. sarapan di Pekanbaru, maksi di Jakarta, dinner di Bandung!" begitu komentarnya.

Belum lagi julukan kutu loncat yang ditujukan ke saya, baik pindah company, maupun pindah profesi. Dimasa hamil, entah sudah berapa teman yang minta info lowongan kerja pada saya. Mereka menganggap network saya luas sehingga saya mudah berpindah kerja dan profesi. Bahkan ada 1-2 teman kantor lama yang berkonsultasi pada saya tentang pekerjaan & nego gaji dengan perusahaan baru. Weleh welehh...

Untungnya, meski tanpa kegiatan, saya tidak merasa kesepian, karena setiap hari ada saja teman yang menelepon atau mengirim sms. Baru-baru ini ex-teman kantor menelepon untuk ngerumpiin boss yang telah berbuat jahat pada saya sehingga saya berhenti bekerja. Lalu teman SMA yang feel guilty karena belum melihat saya dan baby. Kemarin sore, istri dari sahabat suami telepon sekedar membicarakan busana centil untuk bayi. Semalam, teman SMP sms menanyakan kabar si kecil. Barusan, sahabat kuliah telepon sekedar chit-chat. Ukhuwah islamiyah membuat saya tidak pernah merasa sepi.

Kembali ke pertanyaan diatas, tentu saya ingin kembali aktif. Kadang-kadang malah saya mencoba mencari kegiatan yang bisa melibatkan si kecil. Apa ada ya? Hmmm...

Monday, June 23, 2008

PENGGUSURAN

Akhirnya semalam saya dan si kecil kay tidur di kamar depan. Perpindahan ini tentu saja karena suara alarm HP suami yang lagi-lagi dinyalakan. Apa boleh buat... daripada setiap hari saya bangun pagi dengan hati kesal dan stress melihat putri kecil kami menderita, bisa-bisa efeknya ASI saya tidak keluar. Kay bisa lebih menderita lagi.

Sekitar jam 7 malam, saat Kay mulai mengantuk, mulailah saya boyongan bantal guling dan peralatan 'perang' tengah malam ke kamar depan. Berhubung di kamar ini nyamuknya ganas-ganas, maka saya harus extra mengawasi Kay saat dia sedang menyusu agar mukanya tidak digigit nyamuk.


Enggak papa ya Nak, bobonya pindah... Setidaknya papi kamu bisa tidur dengan tenang tanpa harus tidur melintang bersempit-sempit plus tanpa gangguan suara tangis kamu malam ini... :)

Wednesday, June 18, 2008

Kay di usia 6minggu

Sudah 3malam ini Kay tidak nangis kalau terbangun karena haus atau popoknya basah. Dia hanya mengeluarkan suara 'Ah-uh' hingga saya terbangun. Seperti malam kemarin, Kay bangun karena haus. Suara 'Ah-uh'nya membuat saya terbangun dan mendapati kay sedang miring ke arah saya sambil menatap saya. Duh..duh... saya langsung bangun dan menggendongnya dengan penuh haru...

Putri kecilku gak mau bangunin Bunda dengan suara tangisanmu ya Nak?

Langsung saya susui hingga dia tertidur pulas.

Saat ini interval menyusu maju menjadi 1.5jam sekali, yang tadinya 2jam sekali. Kuantitasnya pun bertambah, yang tadinya cukup 1pd, sekarang bisa 2pd, meski tidak full. Artinya, tiap kali mimik, Kay bisa menghabiskan 120cc.

Kamis kemarin, Kay dititipkan di rumah Mami, karena saya pergi mencari baju menyusui ke ITC Cempaka Mas. Kay tidak mungkin ikut. ASI sudah disiapkan dalam botol sebanyak 50cc.

Ketika saya pulang, suster mengatakan bahwa Kay disusui dengan dot, bukan sendok seperti biasanya. Saat di ITC, saya juga membeli dot warna coklat yang lebih lentur. Sebenarnya berat bagi saya memberi susu dengan dot, khawatir Kay mengalami bingung puting setelahnya. Untungnya, tidak lama saya datang, Kay minta ASI lagi dan dia mau menyusu.

Tapi itu hanya sementara, rupanya. Karena malamnya, Kay tidak mau minum ASI. sepanjang malam, Kay hanya minum 3 teguk ASI lalu tidur lagi. Subuh, saya kesakitan karena ASI tidak dikeluarkan. Segera saya bangunkan Kay.

Sepertinya putri kecilku ini ngambek karena telah diberi dot. Bibirnya terkatup rapat saat saya coba berikan ASI. 'Bunda harus pergi cari baju menyusui supaya kamu nyaman menyusu kapan saja dan dimana saja, Nak... Karena Bunda ke ITC, maka kamu Bunda tinggal.'

Kay belum mau membuka mulutnya.

'Disana banyak asap rokok, kamu bisa sakit kalau ikut. Kalau enggak ke ITC, kamu pasti Bunda ajak dan mimik langsung sama Bunda.' Saya mencoba lagi, namun mulut Kay masih terkatup rapat.

'Maafin Bunda ya Sayang.. Ayo mimik yuk, Nak...' bujuk saya putus asa sambil menangis sedih.

Tiba-tiba saja... Hap! Kay langsung membuka mulutnya dan minum gelegekan. Saya lega bukan main.
Apakah bayi memang sudah bisa diajak 'bicara'? Wallahualam....

Tuesday, June 17, 2008

Alarm

"Hhhkk..!" Kay tersentak kaget mendengar bunyi alarm HP papinya. Saya pun tersentak kaget mendengar lengkingan alarm tersebut. Kay seperti saya: mudah kaget. Hal ini sudah diberitahukan ke suami, agar alarmnya di-turn off. Namun lagi-lagi tiap pagi masih saja terdengar bunyi alarm dan Kay bangun dengan terkejut..

Dengan rasa kesal, saya ambil HP suami dan menyimpannya di tempat kedap suara: lemari baju nya. Entah ini sudah yang keberapa kali.
'Matikan alarmnya, mas. Atau lama-lama anak kita bisa sakit jantung' merupakan kalimat yang sudah sering saya lontarkan kepada suami. Tapi tetap saja papinya Kay membiarkan suara alarm mengagetkan anaknya tiap pagi. Padahal suami tidak memiliki keperluan dengan dinyalakannya alarm. Kalaupun akan pergi pagi, pasti saya yang akan membangunkannya seperti setiap kali kami akan sholat Subuh.

Ketika dia terbangun dan menanyakan HP-nya, saya acuhkan. Kekesalannya mencari HP tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kekesalan saya melihat putri kecil kami yang tak berdaya tersentak kaget gara-gara bunyi alarm.

"Aku sama Kay tidur dikamar Eki aja ya"

"Kenapa?" tanya suami.

"Supaya Kay gak jantungan gara-gara bunyi alarm HP kamu"

Akhirnya suami tergerak untuk mematikan alarmnya daripada dibiarkan tidur sendirian tanpa anak-istrinya. Hehh....!


Oleh-oleh buat Kay

Kamis kemarin Papi pulang dari business travel.

"Jangan lupa bawa oleh-oleh buat anaknya ya.." kataku saat suami masih berada ditempat tugas. "Udah, tapi kayaknya kegedean" jawab suami.

Benar saja, setelan yang dibeli papi masih kebesaran untuk dipakai sekarang. Sementara oleh-oleh untuk bundanya... "Ini roti dari pesawat, aku gak suka" suami menyodorkan sebungkus roti cinnamon.

Melihat istrinya tersenyum dengan pemberiannya, sambil terkekeh-kekeh suami berkata lagi, "Hehehe... kalo dulu pacaran dibawain parfum, sekarang cukup roti aja"

"Iya, roti pesawat dan yang gak kamu suka, lagi..." sambung saya. Begitulah lelaki... kembali ke aslinya setelah berhasil mendapatkan 'buruan'nya...

Itupun masih bisa bilang ke keluarga besarnya di CemPut bahwa istrinya ini marah-marah tidak dibelikan apa-apa (meski esoknya suami minta maaf atas perkataannya ini). Hikksss.... :'(

Death

Sabtu malam, beberapa meter dari rumah ibu mertua ada kejadian mengejutkan: seorang bapak tua meninggal ditempat, setelah sepeda yang sedang ia kendarai tercebur kedalam selokan.

Tercebur ke dalam selokan kecil perumahan bisa mengantarkan kita pada kematian? Sedekat itukah kematian pada diri tiap manusia? Kapanpun Allah berkehendak: Kun Faya Kun... Yang Terjadi Terjadilah. Dalam hitungan detik dan bertempat ditempat yang kotor dan berbau... tidak ada yang berkuasa untuk menundanya.

Lalu pertanyaan yang timbul adalah : jika kematian bisa terjadi kapan saja dan dimana saja dengan kondisi kematian yang Allah kehendaki, sudahkah kita bersiap diri menyambut kejadian pasti namun tak terduga itu? Sejauh mana persiapan kita untuk bertemu denganNya?

Untuk mengetahui sejauh mana persiapan kita, tentu Wallahu alam... hanya Allah yang tahu. Namun setidaknya, dari segi Hablum Minannaas, kita bisa mengintrospeksi diri kita di segala peran yang kita jalani dalam kehidupan ini.

Saat ini saya memiliki beberapa peran: sebagai Anak, sebagai Adik, sebagai Istri, sebagai Menantu, sebagai Ibu, sebagai manusia bersosialisasi, sebagai majikan (atas 2 pekerja dirumah) dan terakhir sebagai warga bertetangga. Atas dua peran terakhir, Islam juga banyak mengajarkan dan menganjurkan agar kita berbuat baik dalam menjalani peran tersebut.

Begitu banyak peran yang kita jalani. Nyatanya, kita sering tidak sadar dengan berbagai peran tersebut. Akibatnya, bisa saja dimata orang tua kita adalah anak yang manis dan berbakti, namun dimata pasangan hidup kita, ternyata kita banyak menuntut, gemar berselingkuh, bersikap dzalim, pemarah, berkata kasar dan sebagainya. Atau bisa juga dimata para sahabat kita adalah teman yang baik dan perhatian, namun sebagai warga bertetangga kita adalah warga yang suka cari masalah dan tidak pernah mau membantu tetangga yang sedang kesusahan.

Semua peran tersebut ada kewajiban yang harus dipertanggungjawabkan dihadapan Allah. Sudahkah kita menjadi manusia yang baik dalam semua peran kita tersebut? Pertanyaan yang jawabannya hanya diri kita yang tahu.

Friday, June 13, 2008

Kangen-kangenan sama BuDe & PakDe

Sabtu siang, bude Myra sms, mengajak berkumpul di Cempaka Putih malam harinya, dalam rangka ulang tahun alm. Bapak. Setelah suami setuju (sebenarnya suami masih keberatan, karena Kay masih terlalu kecil untuk pulang larut malam), kami berangkat malam jam 7.30. Tiba di CemPut, semua sudah berkumpul, kecuali oom Unggul.
Begitu Kay masuk, langsung disambut oleh para bude yang terkaget-kaget dengan tubuh ndut Kay. Beda banget yah.., kata mas Iyo. Hihihi....

Sebelum berangkat, Bunda coba pasangin gelang kaki hadiah dari Bude-bude. Waktu acara Aqiqah masih kegedean dan lepas sendiri. Kemarin Bunda coba pasang, ternyata sudah muat. Kaki anak Bunda udah ndut sih sekarang ya... :)
Baju-baju yang tadinya kegedean juga sudah bisa dipakai. Senangnya kamu udah makin berisi. Selasa kemarin, berat Kay udah 4.5kg, naik 700gr dari 2minggu yang lalu. Pantes pipi kamu makin gembil, Nak...
Kay sering sekali tertawa saat sedang tidur. Kadang sampai terkekeh-kekeh dan melengking. Hihihii....

Friday, June 06, 2008

Bunda bingung...

Bingung, anak Bunda ini gak bisa gerah sedikit... Tapi kalo bobo malam dinyalain AC, jam 3-an hidung kamu pasti mampet... Padahal suhu AC cuma 25 derajat. Semalam hujan, jadi AC Bunda set 26 derajat. Tapi anak bunda malah jadi kegerahan. Akhirnya, kamu bobo gak tenang, suara merajuk tapi mata merem. Kalo disusuin, hidung mampetnya bisa terlupakan. Tapi begitu mimiknya selesai, setelah disendawain lalu mau direbahin pasti sayangnya Bunda gelisah lagi.

Akhirnya Bunda gendong berdiri seperti mau sendawa (posisi favoritnya kamu ya Nak..). nahh.. kalo posisi begini dijamin kamu langsung pules. Bunda pun terus gendong kamu sambil rebahan sampe ketiduran. Tapi lama-lama pegel juga tangan Bunda Nak... karena kamu kan udah makin berat. Bunda coba rebahin, eehh... kamu nangis lagi. Sepertinya kalo posisi rebah hidung kamu jadi mampet lagi ya Nak? Apa karena bobonya dipeluk Bunda, kamu jadi merasa nyaman? Akhirnya kamu Bunda boboin dengan posisi sendawa lagi.
Saat terdengar adzan Subuh, Bunda rebahin kamu dan lagi-lagi kamu merengek. Akhirnya Bunda bangunin Papi yang tidur dikamar sebelah (papi jadi ngungsi karena masih pilek) untuk gendong kamu karena Bunda mau sholat dulu. Ternyata rengekan kamu berubah jadi tangisan. Walah Nak... pagi buta begini bisa bangun tetangga sebelah... :)
Selesai sholat, Bunda susuin kamu lagi dan Bunda udah tau, kamu langsung antenggg..... Kamu baru Bunda lepas saat serah terima dengan Suster Nur, jam 6.30 pagi. Kamu dijemur, Bunda balik bobo lagi...telerrr.....

Faktor Perkembangan Kecerdasan Bayi

Kira-kira 3 hari yang lalu, di pagi hari MetroTV menayangkan acara seputar Bayi dan balita. Acara yang dipandu oleh Soraya Haque ini membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan bayi dalam masa Golden Age, yakni 3 tahun pertamanya.
Si Dokter dalam bincang tersebut mengatakan bahwa ada 3 faktor yang mempengaruhi kecerdasan bayi di 3 tahun pertamanya, yaitu:
1. Genetika
2. Stimulasi
3. Nutrisi
Faktor Pertama yaitu Genetika, tentu saja maksudnya adalah orang tua si bayi. Orang tua yang cerdas cenderung memiliki anak yang cerdas. Tapi ini tentu perlu didukung dengan 2 faktor lainnya.
Faktor Kedua yakni Stimulasi, maksudnya adalah, sejak sedini mungkin anak perlu mendapat stimulasi otak, salah satunya berupa nyanyian. Nyanyian salah satu yang efektif, karena selain menstimulasi pendengaran, si anak -khususnya usia batita- juga mengenal kata-kata baru dari lagu yang didengarnya. ini bagus untuk menambah perbendaharaan kosa katanya.
Faktor ketiga yaitu Nutrisi, tentu saja adalah makanan yang diterima oleh si bayi, apakah cukup kandungan gizinya dan memiliki semua zat yang dibutuhkan oleh pertumbuhan otak bayi.
Sayang sekali acara ini tayang pada jam kantor, dimana ibu pekerja tentu akan ketinggalan informasi berharga ini.

Thursday, June 05, 2008

Papi pilek

Sudah 2hari ini Papi Kay pilek. Ketularan dari kantor. Jadi gak bisa deket-deket Kay deh... Untungnya, waktu Minggu pulang dari Kelapa Gading sempat mampir ke toko baby beli masker. Gak tau tuh, Bunda pengen aja beli masker. Eeh... ternyata lusanya Papi flu dan didayagunakan lah itu masker... :)

Rabu pagi, sambil digendong Bunda, Kay yang seperti biasa sudah mandi dan wangi nunggu-nunggu dicium Papi. Tunggu punya tunggu, kok Papi gak muncul-muncul? Ketika Bunda keluar kamar, ternyata Papi sudah ngantor. Langsung Bunda telp Papi. Ternyata bukannya papi lupa Nak, tapi papi takut kamu ketularan flu... jangan sedih ya Nak..

Efeknya, malamnya saat digendong Papinya, Kay cuma tenang sebentar karena setelah itu langsung aksi ngambek, gak mau digendong Papi. Dalam gendongan Bunda, Kay langsung tenang. Papinya kelihatan sedih... duh duhh.. Nak... Papi kan lagi flu, bukannya gak sayang sama kamu... Kalo Papi sudah sehat, pasti kamu digendong sambil nyanyi 'Ayam Kecilku' lagi...

Semalam, anak Bunda bobonya puless... beda dengan malam sebelumnya, gara-gara seharian bobo terus, malamnya kamu rewel dan Bunda baru bisa tidur setelah jam 3pagi. Besoknya Bunda pegal-pegal dan migren. Untungnya udah manggil Ibu Titi untuk dipijit esok paginya...

Jemput Papinya Kay

Hari Sabtu pagi kemarin, Kay ikut Bunda jemput Papi di airport. Berangkat dari rumah jam 9.30, sementara pesawat Papi landing jam 10.30. Di jalan, anak Bunda sempat mimik trus bobo lagi. Begitu masuk mobil, Papi langsung gendong Kay. Tiba-tiba, papi ngajak massage di tempat spa langganan dibilangan Rawamangun. Bunda setuju.



Jadilah siang itu Kay ikutan ke tempat Spa. Karena sudah kenyang, Kay anteng aja tuh... lagipula, bobonya enak karena ada suara musik & burung serta suara gemericik air mancur. Eeh..tiba-tiba mati lampu! AC mati... Anak Bunda kepanasan ya Nak? Menjelang massage selesai, Kay minta mimik. Setelah sekitar 20menit, Kay kenyang dan kembali pulas. Massage pun dilanjutkan...


Pulangnya maksi dulu di Bakmi Golek Rawamangun. Anak Bunda ini pengertian sekali kita semua lagi lapar.. gak tidur tapi antenggg... ajah :)


Hari Minggunya, rencana mau nonton Indiana Jones. Tadinya Kay akan dititipkan di rumah Utan Kayu. Berhubung Mami dan Papiku pergi berobat, jadilah Kay kami titipkan di Cempaka Putih, rumah Eyang Uti. Berbekal ASI perah 80cc, kami menitipkan Kay dan pergi menuju Kelapa Gading kira-kira jam 4 sore. Tentunya sebelum pergi perut Kay sudah Bunda bikin kenyang. Susternya agak deg-degan ditinggalin, karena ini pertama kali Kay gak disamping Bundanya dan si suster pun baru kali ini megang bayi ASI, karena 3 majikan sebelumnya bayi sufor semua. Takutnya stok susu ASI habis dan Bunda belum pulang.


Sampe Kelapa Gading, jam tayang yang diincar sudah full. Akhirnya kita jalan-jalan ke SOGO, kebetulan sepatuku masih sempit dan sakitnya menggigit. Semasa hamil ukuran kaki bertambah 1 ukuran dan ternyata pasca melahirkan belum kembali ke ukuran semula. Udah ngubek-ngubek, gak ada yang nomor 41. Semua paling besar ukuran 40. Mau gak mau beli yang rada mahalan, tapi memang ada ukuran 41. Papinya Kay yang tadinya bilang mau langsung pulang setelah beli sepatu, ternyata ngajakin muter-muter sebentar... Halaahh.. untung beli selop dulu, kalo enggak bisa lecet nih kakii...


Tiba di Cempaka Putih jam 7-an. Kay langsung mimik. Stok 80cc udah ludes. Itupun kata suster kurang, karena Kay rewel minta disuapin susu lagi. Setelah Kay kenyang dan pulas, baru deh pulang... Kira-kira berat sayangnya Bunda ini berapa yaa...?


Friday, May 30, 2008

Jum'at 30 Mei 2008

Jum'at 23 Mei 2008

"Hah? Ibu yang nyetir nih?" tanya suster terkaget-kaget. "Ya ampun, jadi koki, jadi supir, nanti jadi guru les juga..." sambung si suster.

Suster terheran-heran melihatku mengambil alih setir mobil dari supir sepulang kontrol rutin Kay di Bunda, Jum'at lalu. Waktu menunjukkan pukul 12 siang, menjelang sholat Jum'at. Sebenarnya suami sudah menyarankan agar pergi dengan supir hingga pulang. Tapi setelah dipikir-pikir, toh jalanan tidak macet dan kasihan suami yang harus menyetir sendiri bermacet-macet pulang kantor Jum'at malam. Jadilah siang itu supir kuturunkan di kantor suami.

Di McD Duren Sawit, kami makan siang. Si kecil baru terbangun ketika kami selesai makan dan segera kami bawa ke mobil dan kususui. Pengertian sekali kamu, Nak...


Hasil kontrol terakhir, berat badan Kay naik 600gr, jadi total kenaikan beratnya selama sebulan 1100gram. Pantesan sekarang kamu jadi berat banget kalo digendong saat lagi menyusui, Nak. Tangan Bunda jadi cepat pegal, rasanya...
Kay juga mendapat suntikan BCG. Kontrol ulang 10 Juni mendatang. Beruntung sekali Kay ditangani DSA yang Pro-ASI, dr. IGN. Pratiwi. Beliau sering menjadi pembicara pada seminar seputar ASI. Kemarin pun beliau muncul di televisi dalam acara masih seputar ASI. Setiap kontrol, beliau selalu bertanya,"Masih ASIX kan, Bu?".

Ketika aku meminta tambahan Moloco B12 untuk memperbanyak ASI, beliau berkomentar, "Bu, sebenarnya tanpa tambahan apapun, ASI bisa banyak, selama Ibu gak banyak pikiran, tidak stress dan terus berpikir ASI Ibu banyak. Vitamin, sayur katuk... itu hanya faktor psikologis. Yang paling utama adalah pikiran si Ibu."


Putri Bunda ini memang banyak mimiknya... Saking semangatnya, kalo mimik sampe suka tersedak... Disendawain sebentar, langsung mangap-mangap heboh nyari mimiknya lagi... :) Nggak papa kok Sayang, supaya kamu sehat, pintar dan gak mudah sakit kelak...
Jum'at 23 Mei 2008

2hari yang lalu, jadi juga beli kursi untuk menyusui. Ya, karena kamu sudah makin berat, Bunda perlu kursi yang nyaman saat menyusui kamu, Nak... Apalagi, anak Bunda ini seneng ngempeng kalo udah kenyang...

Semalam, Papi ke Surabaya lagi. Gak ada yang nyanyiin kamu Pitek Cilik ya Nak...? Karena biasanya setiap pulang kantor, Papi ngajak kamu main dengan nyanyi lagu itu. Kasian anak Bunda... Untungnya mainan kamu udah banyak ya, jadi Bunda pilihin mainan yang ada lagunya nihh...

Lagi-lagi kamu bobonya berdua Bunda... Tapi enak ya Nak, agak legaan.. hehehe... Apalagi kemarin kamu hampir tertiban gulingnya Papi yang berat ituu.. Untung aja saat itu kamu lagi Bunda susuin, jadi lolos dari bonyok deh...

Subuh-subuh, kamu juga gelisah, gak tenang gitu bobonya? Diusap-usap gak mau tenang juga. Akhirnya kamu Bunda peluk sambil Bunda cium pipi kamu. Hoplaa.. anak Bunda ini langsung antenggg... sampe bablas kesiangan bangun jam 7!

Friday, May 16, 2008

Jum'at, 16 Mei 2008

Tengkurap


Rabu kemarin, si kecil tidur disamping saya. Kebetulan papinya ada tugas kantor dan baru pulang Jum'at. Selain bisa cepat meng-handle jika dia terbangun, dia pun tidur lebih nyenyak dibanding jika tidur dalam box-nya.


Tengah malam, saya terbangun dan kaget sekali mendapati Kay tidur tengkurap. Saat itu saya langsung memperhatikan hidungnya, khawatir tertutup dan membuatnya tidak bisa bernafas. Setelah diperhatikan, Kay tidur tengkurap dengan posisi yang benar, baik kaki, tangan maupun wajahnya. Sambil menarik nafas lega karena Kay tidak apa-apa, saya segera membalikkan badannya.


Esok paginya, saat saya ceritakan kejadian tidur tengkurap kepada BS, dia teriak kaget. "Yang benar, Bu?" tanyanya tak percaya.
"Emang kenapa, mbak?" saya balik tanya, bingung.
"Bayi kan baru bisa tengkurap kalo udah 3bulanan" demikian penjelasan si BS.
"oh gitu ya??" saya yang tidak tahu menahu, justru jadi heran.

Ketika bercerita kepada Ibu titi, terapist dari Mustikacare, beliau juga terkaget-kaget. Komentarnya sama dengan si BS. Wah!

Kay saat ini memang sudah bisa mengangkat kepalanya jika sedang tengkurap dan juga memiringkan badannya saat sedang tiduran. Terakhir ya bisa tengkurap sendiri.

Semalam, untuk menghindari Kay tengkurap lagi, saya memasang resleting alas tidurnya sehingga dia terbungkus rapat dan tidak bisa tengkurap tiba-tiba lagi.

Tuesday, May 13, 2008

Penyebab Bayi Kuning? Gimana kalo mau ASIX?

Demikian judul email dari salah satu milis Asiforbaby.

Saya pun teringat dengan pengalaman pribadi, ketika si kecil Kay kuning dihari ke-2 pasca melahirkan sementara ASI hanya sedikit. Padahal, salah satu penetralisir kuning pada bayi adalah minum. Sedangkan diawal perawatan, saya sudah wanti-wanti kepada suster, bahwa saya ingin ASIX.

Para suster pun meminta izin agar bayi saya boleh diberikan susu formula (sufor). Dengan berat hati, saya pun mengizinkan. Bayi pun harus disinar.

Saat memasuki ruang bayi, melihat si kecil sedang disuapi sufor, air mata langsung menetes. Rasa bersalah karena tidak dapat memberikan yang terbaik baginya membuat air mata mengalir makin deras. Para suster yang berada di ruangan segera menghibur dan membesarkan hati saya. Menurut mereka, umumnya bayi memang kuning dan ASI memang baru keluar dihari ke-3 pasca melahirkan. Mereka juga menyemangati saya agar berpikir positif ASI akan banyak, agar ASI saya segera keluar dan banyak. Mereka pun menawarkan massage agar saya bisa segera memberikan ASI bagi si kecil.
Tidak berapa lama setelah kejadian di ruang bayi, koordinator Laktasi memasuki kamar saya dan meminta saya bersedia diwawancara oleh pihak majalah Tumbuh Kembang. Ternyata mereka mewawancara saya seputar ASIX. Hmm... mungkin para suster diruang bayi tadi yang merekomendasikan saya untuk diwawancarai?

Hanya 2x si kecil Kay mendapat suapan sufor, karena saya segera meminta suster untuk stop sufor. Saya pun memaksa pulang & merawat bayi kami sendiri. Jadilah saya pulang dari RS dengan status Pulang Paksa.

Namun keputusan ini ternyata tepat, karena dalam 2hari, bilirubin Kay sudah jauh dibawah batas aman. Saat ini ASI pun alhamdulillah berlimpah.

Monday, May 12, 2008

Senin, 12 Mei 2008

Sabtu kemarin, jadwal kontrol perdana. Berat badan Kay naik 500gr menjadi 3280gram. Menurut dokter, kenaikan tersebut cukup banyak, mengingat usia Kay baru 13 hari. Pada kunjungan ini, Kay mendapat pencegahan Hepatitis B & Polio. Saat Papinya sedang antri di kasir, Kay menangis keras menjerit-jerit tanpa bisa ditenangkan. Tidak lama kemudian.. Cret..creett...! Oalaa... putri kecil kami ternyata pup! Untung kami bisa mendapat kebaikan hati suster di Lt.4 untuk ganti popok di ruang bayi.


Sepulang dari RS, makan siang di Gado-gado Boplo depan YPK Menteng. Sedang menikmati makanan, tiba-tiba Kay menangis keras lagi. Segera saya menuju toilet untuk menyusui. Padahal saat di RS sempat menyusu cukup lama. Balik dari menyusui, Papinya sudah selesai dengan makanannya. Kay pun dipegang oleh Papinya.

Selanjutnya, kami menuju Mampang untuk mendapatkan Baby Sitter. Di seputar Taman Suropati, Kay kembali minta minum. Setiba di Mampang, lagi-lagi Kay minta minum. Hmm...

Saat tiba di lokasi, Kay sudah terlelap dan terus lelap hingga kami tiba di rumah.


Minggu, 11 Mei 2008

Karena pilihan kemarin tidak ada yang cocok, hari Minggu pagi kembali kami bertiga menuju lokasi Yayasan Baby Sitter. Kali ini dekat rumah, dibilangan Jatikramat. Dari pergi hingga pulang, Kay asik tidur. Padahal ikut turun dari mobil dan cuaca lumayan panas.

Akhirnya, kali ini calonnya cocok. Sorenya, BS diantar kerumah. Melihat putri kecilku tenang dalam buaian BS, hati saya miris dan timbul rasa jealous... airmata pun tidak dapat dibendung. Suami tersenyum melihat saya menangis & membujuk dengan mengingatkan saya bahwa semalaman toh Kay akan bersama saya.

Meski begitu, untuk pertama kalinya sejak ada Kay ditengah-tengah kami, akhirnya sore itu saya bisa menikmati tidur dengan pulas...

Saturday, May 03, 2008

Baby Key @home

Senin 28 April 2008 harusnya waktunya pulang dari RS. Namun bayi mungil kami mengalami peningkatan bilirubin mencapai 14.3 dihari ke-2, sehingga harus disinar. Sayangnya, setiap kali disinar, Kay menangis, karena tidak betah dengan kaca mata saat disinar. Akhirnya, saya putuskan merawat bayi kami dirumah. Dengan berbekal segudang pengarahan dari DSA, kami pulang.
Setelah mengurus administrasi dan mempersiapkan kepulangan, tidak lama kemudian suami datang menjemput. Sebelum pulang, kami mampir sebentar ke toko bayi di Kelapa Gading untuk membeli sendok baby. Tidak lupa saya telepon bediende di rumah untuk memasakkan jantung pisang, agar setiba di rumah saya bisa langsung mengkonsumsinya.

Selama perjalanan Kay tidur nyenyak sekali.
Day 1 @Home

Perhatian pertama saat bangun pagi adalah matahari pagi. Kay kecil kami harus dijemur, agar bilirubinnya turun. Saat saya sudah siap hendak keluar menjemur Kay, tiba-tiba langit mendung. Wah, saya langsung stress. Untungnya, tidak lama kemudian matahari muncul lagi. Segera saya bawa Kay keluar. Lega rasanya....

Sorenya, berangkat ke Prodia Kalimalang, berdua saja dengan Kay. Sesuai permintaan dokter, Kay harus cek bilirubin. Alhamdulillah, hari pertama Kay dirawat dirumah, bilirubinnya turun dari 14.3 menjadi 12.85. Sementara batas aman adalah 12. Segera saya sms dokter kami.


Day 2 @Home

Bertiga kami kembali cek bilirubin di Prodia RS Bunda. Ternyata, hasilnya bagus, bilirubin menjadi 10. Kondisi Kay sudah aman. Rasanya bahagia sekali.

Lovely Gifts
Hingga hari ke-6, hadiah-hadiah untuk Kay belum juga tersentuh untuk dibuka. Baru hari Sabtu, saya membuka semua hadiah Kay. Termasuk 2 gifts dari Majalah Tumbuh Kembang yang menginterview & mengabadikan saya dan Kay saat kami masih di RS. Salah satu gift adalah set rajut dari Le Monde berwarna biru. Untung saja beberapa waktu lalu saat belanja di Le Monde saya ragu membelinya, karena ternyata saya mendapatkannya gratis :)


Kegiatan suami setiap pulang kantor sekarang ini adalah mencari bayi mungil kami dan menatapnya lama. Hoby barunya yaitu menyuapi ASI untuk Kay dengan sendok. Jika saya sedang menggendong Kay, suami pasti minta gantian ingin menggendongnya. Untungnya suami juga trampil menggantikan popok dan berinisiatif bangun malam demi putri kecil kami ini.

Kehadiran Kay menjadi keasikan baru, saat siang hari saya tidak lagi merasa kesepian, karena ada Kay yang menemani dan membuat saya tertawa. Menyusui dan menatapnya saat tidur adalah saat yang paling membahagiakan. Kadang air mata haru menetes tanpa dapat dicegah. Kadang masih tidak percaya melihat keberadaan makhluk mungil ini. Rasanya semua begitu cepat.

"Babynya sudah bisa ngapain, Des?" demikian pertanyaan beberapa teman via sms. Hmm... baby usia 7 hari memangnya bisa apa ya? Yang jelas, saat ini Kay sesekali sudah tengkurap saat tidur dan dia sudah bisa mengangkat kepalanya jika sedang ditengkurepin.


Friday, May 02, 2008

Jum'at 2 Mei 2008

Kalila Alisha Jati

Jum'at, 25 April 2008
Waktu menunjukkan pk 8 malam saat pulang dari kontrol rutin kandungan di RS Bunda. Berat bayi 3.5kg dan kondisi bagus sehingga sangat memungkinkan untuk melahirkan normal. Sebelumnya, pada jam 4 dan 7 sore, sambil menunggu dokter, terjadi kontraksi. Berhubung due masih lama, yakni 30 April, maka saya pikir ini hanya Braxton Hicks. Meski begitu, sakitnya sangat menggigit sehingga saat konsul saya minta dilakukan CTG dan dokter menyetujui. CTG dilakukan 2x, dikarenakan baby terlalu aktif. hasil CTG menunjukkan adanya kontraksi berskala kecil.

Kontraksi yang kuat membuat saya menghubungi suami dan minta dijemput saat itu juga. Pulangnya kami mampir sebentar di cafe untuk makan malam.


Tiba dirumah pukul 10 malam. Jam 11, ketika sedang dibantu suami hendak berbaring untuk tidur, terasa ada sesuatu yang hangat mengalir. Setelah dicek, ternyata pendarahan. Suami masih terlihat santai dan mengajak untuk tidur. Sayapun setuju namun kami sepakat berganti baju jika harus berangkat tiba2. Ternyata pendarahan tak berhenti dan segera saya hubungi RS Bunda. Karena oleh suster saya diminta untuk segera datang, maka kamipun berangkat menuju RS Bunda pukul 1 dinihari.

Sampai RS, langsung masuk kamar observasi. Ternyata, dalam perjalanan menuju RS, terjadi pecah ketuban. Namun saya tidak merasakan kontraksi dan masih bisa ngobrol - ngobrol dengan suami sepanjang perjalanan.


Saat itu juga belum ada pembukaan sama sekali. Timbul kekhawatiran saya akan di induksi. Untungnya, tidak lama kemudian terjadi kontraksi dan mulai ada pembukaan. Saat itu waktu menunjukkan pk 2 dini hari.
Setiap kali terjadi kontraksi, saya ambil tangan suami dan menggenggamnya erat-erat demi menahan sakit yang luar biasa. Sempat senewen ketika suami sibuk memotret saya dengan HP saya. Sinar blitz-nya benar-benar mengganggu sehingga saya sempat marah pada suami. Meski demikian, support dan perhatian suami yang besar saat itu benar-benar membuat saya kuat menghadapi siksaan kontraksi.



Sabtu, 26 April 2008

Keesokan harinya pada jam 10 pagi, saya dibawa ke ruang bersalin. Saat itu sudah pembukaan 9 dan suster sempat menghibur dengan mengatakan bahwa hanya dengan beberapa kali mengejan, bayi saya akan lahir.

Sejak awal saya memilih Waterbirth untuk persalinan. Jadilah saya dimasukkan ke dalam bath tub. Alunan musik spa dinyalakan. Lalu tercium harum aromaterapi. Air setinggi perut, membuat seluruh tubuh terendam air dan tubuh pun menjadi rileks serasa sedang Spa. Didampingi Ibu, saya mulai mempersiapkan diri untuk menjalani proses lahiran terakhir.

Saat sedang berlatih pernapasan, perut tiba-tiba terasa mulas. Dokter Rizka segera memberi aba-aba untuk mengejan. Beberapa kali, saking semangatnya, mata saya terpejam saat mengejan. Dokter dan para bidan berulang kali mengingatkan saya untuk tidak memejamkan mata. Belakangan saya ketahui, mata terpejam saat mengejan mengakibatkan pecah pembuluh darah di wajah yang ditandai dengan guratan merah di wajah dan mata.

Setelah 4 kali mulas dimana dalam 1 kali mulas saya mengejan 3-4 kali, akhirnya nafas mulai habis dan tenaga melemah... Dalam hati, saya berkata pada si bayi, 'Ayo nak, kita sama-sama berusaha yaa.. Jangan lama-lama didalam perut Bunda'. Terbersit kekhawatiran bayi akan di vacuum jika memang tidak juga keluar. Sementara dokter dan para bidan terus menyemangati saya dengan mengatakan rambut si bayi sudah terlihat. Saat itu air dalam bath tub sudah dikurangi oleh dokter sehingga tinggi air kira-kira hanya sebatas pergelangan kaki.

Dengan sisa tenaga terakhir, saya kembali mengejan. Tidak lama kemudian, pukul 10.28 pagi, terdengar suara tangis bayi mungil kami menggema dalam ruang bersalin. Si kecil langsung diletakkan diatas perut saya dalam keadaan masih tersambung dengan tali pusatnya.. Perasaan bahagia melihat kehadirannya membuat saya tidak sanggup menahan tangis. Saat menitikkan air mata, terasa kecupan lembut suami dikening yang penuh peluh ini. Sementara Ibu, yang terus mendampingi, mengelap peluh di dahi dan memberikan teh hangat.

Sementara bayi ditangani oleh DSA dr Widodo, saya bangun dari bath tub untuk berbaring di tempat bersalin untuk perawatan selanjutnya. Saat berdiri, rasanya sudah mau pingsan. Dengan bergelayut pada pundak suami, saya berusaha bangun. Selama perawatan lanjut, si kecil kembali diletakkan dibadan saya, untuk IMD. Rasanya takjub sekali. Bayi mungilku lahir dengan berat badan 3kg dan panjang 47cm.

Setelah menunggu pemulihan beberapa jam, saya dibawa ke lantai 4, kamar 406. Di kamar, Ibu berkomentar, "Kok kamu gak teriak-teriak selama bersalin tadi? Dulu waktu melahirkan, Mami teriak-teriak."

"Mi, kalo mau diturutin sakitnya, mungkin teriakanku udah sampai ujung lorong, kali..."

Meski rasa sakit kontraksi berusaha ditahan sekuat tenaga, namun tanpa sadar ternyata tangan suami terkena cakaran saya :)