
Monday, June 23, 2008
PENGGUSURAN

Wednesday, June 18, 2008
Kay di usia 6minggu

Tuesday, June 17, 2008
"Hhhkk..!" Kay tersentak kaget mendengar bunyi alarm HP papinya. Saya pun tersentak kaget mendengar lengkingan alarm tersebut. Kay seperti saya: mudah kaget. Hal ini sudah diberitahukan ke suami, agar alarmnya di-turn off. Namun lagi-lagi tiap pagi masih saja terdengar bunyi alarm dan Kay bangun dengan terkejut..
Ketika dia terbangun dan menanyakan HP-nya, saya acuhkan. Kekesalannya mencari HP tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kekesalan saya melihat putri kecil kami yang tak berdaya tersentak kaget gara-gara bunyi alarm.
"Aku sama Kay tidur dikamar Eki aja ya"
"Kenapa?" tanya suami.
Akhirnya suami tergerak untuk mematikan alarmnya daripada dibiarkan tidur sendirian tanpa anak-istrinya. Hehh....!
Oleh-oleh buat Kay
Kamis kemarin Papi pulang dari business travel.
Benar saja, setelan yang dibeli papi masih kebesaran untuk dipakai sekarang. Sementara oleh-oleh untuk bundanya... "Ini roti dari pesawat, aku gak suka" suami menyodorkan sebungkus roti cinnamon.
Melihat istrinya tersenyum dengan pemberiannya, sambil terkekeh-kekeh suami berkata lagi, "Hehehe... kalo dulu pacaran dibawain parfum, sekarang cukup roti aja"
"Iya, roti pesawat dan yang gak kamu suka, lagi..." sambung saya. Begitulah lelaki... kembali ke aslinya setelah berhasil mendapatkan 'buruan'nya...
Itupun masih bisa bilang ke keluarga besarnya di CemPut bahwa istrinya ini marah-marah tidak dibelikan apa-apa (meski esoknya suami minta maaf atas perkataannya ini). Hikksss.... :'(
Death
Tercebur ke dalam selokan kecil perumahan bisa mengantarkan kita pada kematian? Sedekat itukah kematian pada diri tiap manusia? Kapanpun Allah berkehendak: Kun Faya Kun... Yang Terjadi Terjadilah. Dalam hitungan detik dan bertempat ditempat yang kotor dan berbau... tidak ada yang berkuasa untuk menundanya.
Lalu pertanyaan yang timbul adalah : jika kematian bisa terjadi kapan saja dan dimana saja dengan kondisi kematian yang Allah kehendaki, sudahkah kita bersiap diri menyambut kejadian pasti namun tak terduga itu? Sejauh mana persiapan kita untuk bertemu denganNya?
Untuk mengetahui sejauh mana persiapan kita, tentu Wallahu alam... hanya Allah yang tahu. Namun setidaknya, dari segi Hablum Minannaas, kita bisa mengintrospeksi diri kita di segala peran yang kita jalani dalam kehidupan ini.
Saat ini saya memiliki beberapa peran: sebagai Anak, sebagai Adik, sebagai Istri, sebagai Menantu, sebagai Ibu, sebagai manusia bersosialisasi, sebagai majikan (atas 2 pekerja dirumah) dan terakhir sebagai warga bertetangga. Atas dua peran terakhir, Islam juga banyak mengajarkan dan menganjurkan agar kita berbuat baik dalam menjalani peran tersebut.
Begitu banyak peran yang kita jalani. Nyatanya, kita sering tidak sadar dengan berbagai peran tersebut. Akibatnya, bisa saja dimata orang tua kita adalah anak yang manis dan berbakti, namun dimata pasangan hidup kita, ternyata kita banyak menuntut, gemar berselingkuh, bersikap dzalim, pemarah, berkata kasar dan sebagainya. Atau bisa juga dimata para sahabat kita adalah teman yang baik dan perhatian, namun sebagai warga bertetangga kita adalah warga yang suka cari masalah dan tidak pernah mau membantu tetangga yang sedang kesusahan.
Semua peran tersebut ada kewajiban yang harus dipertanggungjawabkan dihadapan Allah. Sudahkah kita menjadi manusia yang baik dalam semua peran kita tersebut? Pertanyaan yang jawabannya hanya diri kita yang tahu.
Friday, June 13, 2008
Kangen-kangenan sama BuDe & PakDe
Friday, June 06, 2008
Bunda bingung...

Faktor Perkembangan Kecerdasan Bayi
Thursday, June 05, 2008
Papi pilek


Jemput Papinya Kay


Pulangnya maksi dulu di Bakmi Golek Rawamangun. Anak Bunda ini pengertian sekali kita semua lagi lapar.. gak tidur tapi antenggg... ajah :)

Sampe Kelapa Gading, jam tayang yang diincar sudah full. Akhirnya kita jalan-jalan ke SOGO, kebetulan sepatuku masih sempit dan sakitnya menggigit. Semasa hamil ukuran kaki bertambah 1 ukuran dan ternyata pasca melahirkan belum kembali ke ukuran semula. Udah ngubek-ngubek, gak ada yang nomor 41. Semua paling besar ukuran 40. Mau gak mau beli yang rada mahalan, tapi memang ada ukuran 41. Papinya Kay yang tadinya bilang mau langsung pulang setelah beli sepatu, ternyata ngajakin muter-muter sebentar... Halaahh.. untung beli selop dulu, kalo enggak bisa lecet nih kakii...
Tiba di Cempaka Putih jam 7-an. Kay langsung mimik. Stok 80cc udah ludes. Itupun kata suster kurang, karena Kay rewel minta disuapin susu lagi. Setelah Kay kenyang dan pulas, baru deh pulang... Kira-kira berat sayangnya Bunda ini berapa yaa...?
