Monday, August 11, 2008

Suster part 2

Pasca berhentinya suster Nur, agenda mingguan saya dan suami adalah berburu suster. Sebenarnya saya keberatan menggunakan suster, karena sebagai back up saat saya mandi, sholat dan istirahat 2jam di sore hari, uang sebesar 900ribu per bulan bagi saya terlalu boros. Lebih baik saya mencari bediende yang bisa pegang bayi. Toh hanya back up...

Tapi mungkin suami punya pertimbangan lain dengan memaksa tetap memakai suster. Akhirnya, saya mengalah. Sepulang kantor, suami menyodorkan daftar yayasan baby sitter pada saya untuk dihubungi.

Ternyata, menjelang puasa begini jarang sekali ada suster nganggur. 'Nanggung, Bu...' begitu rata-rata jawaban para pimpinan yayasan.

Ada satu calon, saat diinterview, ternyata si suster sudah menikah namun belum punya anak. Saya dan suami berpandangan. Bisa sama nih kasusnya dengan suster Nur: hamil lalu berhenti kerja. Walah..walah... Karena kami tidak terlalu sreg dengan suster ini, kami pun pulang tanpa suster baru.

Sabtu kemarin, lagi-lagi kami hunting suster. Kali ini pilihan suami. Ketika saya wawancara, ternyata kasusnya sama juga dengan suster sebelumnya, sudah menikah 2tahun, namun belum punya anak. Hmmm...

Akhirnya, dengan pertimbangan kebutuhan ASI bagi Kay (selama tidak ada back up, jumlah ASI menurun jauh karena rasa letih), kami menerima suster Wati. Feeling saya pun 'jalan' dengan suster ini. Mungkin sudah takdir kami mendapatkan suster yang belum punya anak. Lagipula, sepertinya kami kejam juga kalo ketiadaan anak menjadi alasan kami menolak mempekerjakannya. Saat itu juga suster Wati ikut dengan kami.
Saat ini, perlahan ASI mulai pulih. Meski produksi ASI belum bisa diperas, setidaknya setiap Kay lapar 2jam sekali, ASI selalu tersedia dan dia kenyang.

No comments: