Monday, August 11, 2008

Children are a gift from God

“Saya sebenarnya belum siap, Bu. Sempat terpikir untuk ngegugurin kandungan saya” air mata pun mengalir dipipi eks-suster saya saat dia mengabarkan kehamilan yang tidak diharapkannya itu. Ketidaksiapan finansial menjadi alasan utama. Dia hanya terdiam ketika saya mengingatkannya bahwa tindakan itu dosa besar, apalagi hari gene banyak pasangan yang sulit mendapatkan anak. “Kalo kamu gugurin, kelak saat kamu ingin punya anak, bisa-bisa dipersulit olehNya, lhoo…” kata saya, terinspirasi kisah seorang teman.

Saat ini ada kurang lebih 10 pasang suami istri yang saya kenal yang telah menikah tahunan namun belum juga dikaruniai buah hati. Usaha mulai dari pijat, terapi alternative, program bayi tabung ke luar negri hingga meminum air parutan nanas diwaktu khusus telah dijalani. Sekarang dihadapan saya terlontar kalimat ingin menggugurkan kandungan. Miris sekali rasanya.

Ada lagi kisah lain. Suster baru saya, Wati, bercerita bagaimana mantan majikannya sedemikian anti memberikan ASI bagi bayinya sampai-sampai si Ibu sengaja suntik stop ASI! Saya enggak mau payudara saya kendor, Wati menirukan ucapan majikannya itu. “Padahal dia dapetinnya dengan bayi tabung, Bu” sambung Wati.

Usaha jungkir balik untuk bisa punya anak, ketika diberi malah tidak mau berkorban demi memberikan yang terbaik? Menarik sekali....

Saya pribadi yakin bahwa, Do’a bagi Ibu-Bapak yang bunyinya Sayangilah kedua orang tuaku sebagaimana mereka menyayangiku diwaktu kecil’ memiliki sarat makna. Menyayangi disini tentu saja ikhlas menjaga, merawat, dan membesarkan hingga si anak menikah. Namun, sebagai manusia yang tidak pernah luput dari salah dan khilaf, tentu sesekali kita bisa saja melakukan kekeliruan.

Sekali waktu ketika kami akan pergi ber-week-end ria, suami pernah berkata,”Kay gak usah diajak ya, repot”.

Yakin suami saat itu sedang berkata khilaf, saya hanya menjawab ringan,”Mas, bayangin deh, kelak kita sudah tua dan kondisinya terbalik dari sekarang: tak berdaya dan bergantung kepada Kay, Mas mendapati Kay bicara ‘Papi gak usah diajak ya, repot’. Gimana hayoo...” Suami terdiam. Hehehe...

Merawat dan membesarkan anak memang bukan pekerjaan mudah. Setidaknya itu yang saya rasakan ketika saya tidak dibantu oleh seorang pun (tanpa suster, sementara suami sedang tugas luar selama 4hari 3malam). Apalagi ketika anak sedang rewel, sementara saya kebelet pipis, perut lapar dan pinggang rasanya sudah mau patah. Rasa letih yang pernah saya rasakan saat bekerja sebagai Trainer yang mengharuskan banyak berdiri, bicara dan tetap semangat seharian selama 5hari diluar kota, menjadi nothing.

Dalam masa 4hari tanpa seorangpun membantu, saat rasa letih lahir-bathin menyerang dan nyaris membuat saya menangis, saya coba mengingat satu kalimat: Children are a gift from God. Kalimat yang ternyata memberikan energi lebih pada saya detik itu juga hingga membuat saya mampu menyikapi keletihan dengan rasa penuh syukur…

1 comment:

Anonymous said...

Hi Deasy, your writings are very inspiring! but please remember, not all women are the same like you. There are also women who put their LIFE is as important as their children and they have the same RIGHT to enjoy the same quality of life as their babies does. You make it sound so negative when you write about mothers who does not want her breast spoiled by doing ASI, your husband that does not want bring your child along during weekend, or even the ones that does not hug their child while babisitting :)

Dear, we do love our children, it's just we need to enjoy every single life as well. So all the above does not mean we do not respect the gift of GOD, we do,vey much in fact.... we just have our own way in expressing it to them and maintain our life quality as well. Especially when we are working.

Peace !